Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Ngadu Muncang, Permainan Lintas Zaman

Permainan Tradisional Ngadu Muncang

Ngadu Muncang. Muncang, apa itu muncang? muncang adalah bahasa Sunda dari biji kemiri, jadi ngadu muncang adalah mengadu biji kemiri, tentunya mengadu kekuatannya. Ya, ngadu muncang adalah permainan tradisional di daerah Sunda dan mungkin juga di daerah lainnya yang saling adu kuat muncang milik para pemainnya.

Dalam prakteknya, ngadu muncang ini dilakukan dengan cara menyusun dua buah muncang milik dua pemain secara vertikal lalu diatasnya disimpan bambu yang kanan kirinya dipegang oleh dua orang anak sehingga posisi dua muncang terjepit, muncang yang disusun untuk diadu diposisikan agar bagian yang terkuat yang tampak "berurat" saling berhadapan untuk diadu, setelah muncang terjepit dan posisinya tidak berubah bambu penjepitnya dipukul oleh benda keras, yang muncangnya pecah berarti dia kalah.

Seiring waktu, tempat mengadu muncang mengalami perkembangan, dimana kedua muncang tidak usah dijepit oleh bambu yang kiri-kanannya dipegang masing-masing oleh seorang anak, tapi ada sebuah tempat yang dibuat sedimikian rupa dibuat agar posisi muncang yang disusun diatasnya tidak berubah, bambu untuk menjepit muncangnya pun sudah tepasang permanen di tempatnya sehingga tidak usah dipegang oleh anak lain, pemain tinggal memukul bambu penjepit muncangnya saja.

Supaya muncangnya kuat, banyak anak biasanya merendam muncangnya dengan cuka terlebih dahulu selama beberapa lama, mulai dari tiga jam sampai seharian, tapi sampai sekarang admin tidak tahu apa benar hal tersebut (merendam muncang dengan cuka) membuat muncang semakin kuat. Dan untuk mempercantik tampilan muncangnya, biasanya biji muncang dibersihkan sedemikian rupa dari buah muncang yang mengering yang masih menempel pada biji muncangnya, setelah benar-benar bersih biji muncangnya digosok oleh bagian dalam biji muncang (yang biasa dipakai untuk bumbu masak) sampai biji muncang makin mengkilap.

Permainan ini adalah permainan tradisional yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi, sayangnya, sekarang permainan ini sering disalah gunakanan oleh oknum yang menjadikan ngadu muncang ini sebagai arena judi, sayang sekali, padahal awalnya permainan ini adalah permainan tradisional yang melatih anak untuk bisa bersosialisasi, kerja keras, dan bekerjasa sama.

Ya, permainan ini dulunya dimaksudkan untuk mengasah kebersamaan dan kerja keras anak, karena jaman dulu anak-anak memperoleh muncang atau kemirinya selain dari "dipangalakeun" orang tua, saudara, dan lainnya, mereka juga sering bersama-sama berusaha memetik sendiri muncang dari pohonnya yang tinggi, atau memungut sendiri muncang yang jatuh dari pohonnya, setelah itu mereka juga yang memproses muncangnya dari mulai mengeluarkan dari buahnya, membersihkannya, sampai memolesnya hingga muncangnya terlihat bagus dan mengkilap, jadi untuk mempunyai satu muncang yang bagus anak-anak benar-benar dilatih untuk bekerjasama dan bekerja keras, jadi jika nantinya punya muncang yang bagus, itu adalah suatu kebanggan.

Nilai-nilai kebersamaan dan kerja keras itu pulalah yang sekarang nampaknya makin terkikis dalam permainan ngadu muncang ini, karena walaupun permainan ngadu muncangnya masih lestari, nilai-nilai kerja keras nampaknya sudah mulai berkurang karena sekarang muncang aduan ini sudah diperjual-belikan, banyaknya penjual muncang pada musimnya menjadikan anak-anak tidak usah susah-susah lagi mencari dan memperindah muncangnya sendiri, tinggal beli saja dengan harga dikisaran Rp.5000-an, ini pula yang kadang membuat banyak orang tua kesal karena anaknya menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli muncang, padahal dengan bermain ngadu muncang, walaupun nilai-nilai dalam ngadu muncangnya sudah banyak terkikis, anak-anak bisa dianggap telah menerima dan meneruskan tongkat estafet dalam melestarikan permainan tradisional yang telah diwariskan secara turun menurun ini, pilih mana mana uangnya dipakai untuk ngadu muncang atau untuk game online?

Sumedang sendiri mempunyai kisah sejarah yang berkaitan dengan muncang atau kemiri ini, dimana pada masa kerajaan dulu ngadu muncang adalah salah satu ajang untuk unjuk kesaktian, pada suatu ketika, senapati Sumedang beradu kekuatan dengan senapati Mataram dalam ngadu muncang, Senapati Sumedang memenangkan pertandingan dan memperoleh hadiah berupa seperangkat gamelan yang kini disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun, gamelan tersebut bernama Gamelan Sari Oneng Mataram, sekarang gamelan tersebut menjadi gamelan bersejarah dan menjadi salah satu perangkat gamelan tertua di Indonesia.

Hal tersebut menunjukan bahwa permainan tradisional ini sudah ada sejak zaman kerajaan dulu, bahkan penyebarannya sudah sangat luas dari Mataram sampai Sumedang, dan mungkin juga sampai daerah-daerah lainnya, hebatnya, permainan tradisional yang sederhana ini masih bisa bertahan sampai sekarang ditengah gempuran permainan "asing" yang bukan produk bangsa kita sendiri. Jadi mungkin para orang tua jangan marah kalau anaknya senang bermain ngadu muncang (asal jangan dijadikan ajang judi dan boros beli muncangnya saja), justru mereka harus bangga karena anaknya menjadi penerus tongkat estafet pelestari permainan tradisional ini.

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dengan judul "Ngadu Muncang, Permainan Lintas Zaman" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2014/12/ngadu-muncang-permainan-lintas-zaman.html "

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar