Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Sasakala Gunung Geulis Sumedang


Gunung Geulis Dilihat Dari Desa Cikeruh

Apa diantara sobat ada yang suka mendaki gunung? jika iya, kapan-kapan sobat bisa coba mendaki salah satu gunung di Sumedang yang akan admin ceritakan ini. Gunung Geulis namanya, adalah sebuah gunung kecil atau bukit yang berada di perbatasan tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Cimanggung, dan Kecamatan Jatinangor. Gunung Geulis ini terlihat jelas dari arah Kecamatan Jatinangor yang menjadi daerah paling barat dari Kabupaten Sumedang dan berbatasan langusng dengan Kota Bandung.

Gunung Geulis Dilihat Dari Pangkalan Damri Jatinangor

Gunung Geulis bukanlah gunung besar dalam artian gunung sebenarnya, namun ia merupakan gunung kecil atau biasa kita sebut dengan bukit. Namun, meskipun Gunung Geulis tidak terlalu besar dan tidak terlalu tinggi, bukit ini menjadi favorit pendakian bagi mereka yang tergabung dalam grup-grup ataupun individu pecinta alam di Sumedang dan sekitarnya.

Ditengah tumbuh pesatnya kawasan Tanjungsari dan Jatinangor yang hampir tak menyisakan lahan hijau, bukit ini bak menjadi primadona dengan rimbunnya pohon dan udara segarnya, walau di beberapa bagian Gunung Geulis ini telah terjadi kerusakan, hal tersebut tidak menghalangi niat para pendaki untuk menaklukannya, kebanyakan pendaki yang menaiki Gunung Geulis didorong rasa penasaran dan ingin melihat pemandangan yang bisa dilihat dari puncak bukit ini di malam hari, karena saat itu kerlap-kerlip kota Bandung dan Jatinangor terlihat jelas dari puncaknya. Oh ya,

Geulis dalam bahasa Indonesia artinya adalah cantik, jadi Gunung Geulis dalam bahasa Indonesia berarti Gunung Cantik. Mungkin diantara sobat ada yang penasaran karena nama gunung ini terkesan lain daripada biasanya, ternyata ada kisah atau legenda dibalik nama Gunung Geulis ini, ada beberapa versi cerita mengenai asal mula namanya, berikut adalah salah satu kisahnya dalam Sasakala Gunung Geulis.

Sasakala Gunung Geulis

Dahulu kala, dikisahkan di sebuah tempat hiduplah sepasang suami istri yang belum dikaruniai seorang anak meskipun mereka telah lama hidup bersama dan berumah tangga. Seiring berjalannya waktu, pasangan tersebut merasa gundah dan bertanya-tanya pada yang Maha Kuasa kenapa mereka belum juga memiliki anak. Didorong keinginan yang sangat kuat untuk bisa memiliki anak dan mempunyai keturunan, sang suami tak pernah berhenti memohon kepada yang Maha Kuasa agar bisa dikaruniai buah hati.

Karena kesungguhannya, angannya sering muncul dalam lamunan dan mimpinya, sampai akhirnya entah kenapa pada suatu malam sang suami bermimpi dan seolah mendapatkan petunjuk dari mimpinya tersebut, dalam mimpinya, ia memperoleh petunjuk untuk pergi ke sebuah gunung yang berada di sebelah timur kampungnya.

Petunjuk di mimpinya mengatakan bahwa ia harus mendatangi gunung itu dan bertapa disana. Keesokan paginya, ia menceritakan mimpinya itu pada istri tercintanya, tanpa banyak bertanya atupun membantah, istrinya mengizinkan sang suami untuk mengkuti dan melaksanakan petunjuk yang ia peroleh melalui mimpinya. Dan tanpa pikir panjang, karena kuatnya keinginan untuk mempunyai anak, sang suamipun langsung pergi berangkat ke gunung yang dimaksud untuk bertapa dan memohon pada yang Maha Kuasa.

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya sang suami menemukan gunung yang dimaksud dalam mimpinya. Setelah menemukan gunung tersebut tanpa ragu ia langsung melakukan tapa sesuai petunjuk, ia menjalani tapanya selama empat puluh hari empat puluh malam. Tiga puluh sembilan malam ia lalui dengan mudah tanpa gangguan apapun, pada malam ke empat puluh atau malam terakhir, ia didatangi oleh seorang wanita yang cantik jelita, kecantikan perempuan tersebut membuat ia lupa akan niatan awalnya, ia jatuh hati dan pada akhirnya menikahinya, padahal tanpa sepengetahuan dirinya, sebenarnya perempuan cantik yang dinikahinya itu adalah perwujudan dari seekor ular.

Waktu terus berjalan, sang istri yang menunggu suaminya pulang dari bertapa merasa heran sekaligus khawatir karena suaminya tak juga pulang, ia pun bergegas menyusul suaminya dan mencarinya ke gunung tempatnya bertapa. Sesampainya di gunung tersebut, ia mendapati suaminya sedang dililit seekor ular yang sangat besar, seketika ia merasa lemas, ia terkejut dan juga cemas akan keselamatan suaminya.

Didorong rasa sayang pada suami, ia memutar otak untuk bisa menyelamatkan suaminya dari ular besar itu, dan akhirnya ia mengambil keputusan untuk memakai cara menjerat agar ular yang melilit suaminya bisa ditangkap. Berkat perjuangan dan kegigihannya, ular besar yang melilit suaminya seolah bukan masalah lagi buatnya dan dengan sekejap sang ular sudah terjerat. Namun, karena besarnya badan sang ular, ia tak bisa membawanya sendirian dan menggunakan tenaga seekor kuda untuk membawa ular tersebut dari atas gunung, setelah tiba di suatu tempat, diikatlah kuda itu pada sebuah pohon, dan tempat mengikat kuda tersebut sekarang dikenal dengan nama Cikuda.

Ketika sang suami melihat ular besar yang melilitnya akan dibunuh, sekuat tenaga sang suami menghalangi maksud istrinya, karena dalam penglihatannya yang terlihat bukanlah seekor ular, melainkan seorang putri yang cantik jelita. Sang istri tak habis pikir dan bertanya-tanya kenapa suaminya berubah sikap sedemikian rupa, dan akhirnya kesabarannya pun habis, tak hanya ular raksasa itu yang dibunuhnya namun juga beserta suaminya...ia menghabisi suminya karena kesal suaminya telah melupakan dirinya.

Selang satu minggu dari kejadian, konon bangkai ular dan mayat sang suami hilang tak berbekas, diceritakan bahwa sang suami menjelma menjadi seekor ular dan tetap hidup menetap di Gunung tersebut. Gunung itu kini dikenal dengan nama Gunung Geulis, yang didasarkan pada cerita seekor ular besar yang menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita.

Demikian Sasakala atau cerita rakyat mengenai awal mula nama Gunung Geulis di Kabupaten Sumedang, sebuah cerita yang lahir dari kearifan lokal yang mungkin mempunyai maksud dan filosofi tersendiri bagi manusia untuk bisa diambil pelajarannya, semoga bermanfaat.

*Cerita digubah dari tradisidongeng.blogspot.com

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dengan judul "Sasakala Gunung Geulis" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2014/04/sasakala-gunung-geulis.html "

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar