Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Cerita Dibalik Lahirnya Salak Slebong, Sumedang

H. Amin di Kios Salak Slebong Miliknya

Salak Bongkok merupakan salah satu komoditas yang menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Sumedang, namun, dalam perjalanannya penjualan salak bongkok pernah kolaps dan kalah ketika bersaing dengan salak pondoh di pasaran. Hingga pada akhirnya, lahirlah salak slebong di Kabupaten Sumedang untuk menjawab persaingan dengan salak pondoh. Bagaimana awal mula kelahiran salak slebong ? berikut ulasannya :

Manis dan renyah, begitulah rasa dari buah salak kebanggaan Kecamatan Paseh ini, namanya adalah salak slebong, akronim dari Sleman – Bongkok. Ya, sudah bisa ditebak bahwa salak slebong ini merupakan hasil persilangan dari salak pondoh khas Sleman dengan salak bongkok khas Desa Bongkok Sumedang. Dari segi rasa, kedua salak tersebut sangat berbeda, dimana salak bongkok dikenal dengan “sensasi” campuran rasanya yaitu manis, asam, dan kadang (sedikit) pahit, sedangkan salak pondoh dikenal dengan rasanya yang manis.

Salah seorang petani salak yang merupakan ketua dari Kelompok Tani Salak Mukti, H. Amin menceritakan bahwa perbedaan tersebut sempat membuat salak bongkok kalah oleh salak pondoh dipasaran, penjual salak bongkok pun menjadi tidak pede dengan buah salak yang dijualnya.

Salak bongkok sudah masuk ke supermarket-supermarket mulai tahun 1984, sampai tahun 1996 permintaan pasar yang lancar membuat petani salak bongkok sejahtera. Namun, semua seolah berubah ketika di tahun yang sama yaitu 1996, salak pondoh dari Sleman masuk dan ikut bersaing di pasaran. “Walau bagaimanapun tentunya masyarakat suka buah yang manis, tentu kita (dengan salak bongkok) kalah kualitas, bisa dibilang saat itu salak bongkok kolaps, dan berhenti memasok ke supermarket tahun 97-an,” kata H.Amin.

Saat itu, Amin mengaku sudah memperoleh warning dari suplier bahwa suatu saat salak bongkok akan terdesak. “Sama yang biasa ngangkut ke supermarket (suplier) saya dikasih tahu bahwa kita akan kalah, dia bertanya apa saya punya cara agar salak khas Sumedang ini bisa tetap bertahan di pasaran,” tambah amin lagi.

Setelah mendapat berita seperti itu, Amin beserta kelompok tani mulai berpikir bagaimana caranya supaya salak khas Sumedadang bisa tetap eksis di pasaran. Saat itu, tercetuslah ide untuk mengawinkan salak bongkok dengan rivalnya tersebut, salak pondoh. “Jalan keluarnya, kita coba kawinkan saja, pertama-tama saya bawa bibit betinanya dari sana (Sleman),” ungkap Amin.

Dari situ, lahirlah salak slebong, dengan induk bunga jantan dari salak bongkok dan induk bunga betina dari salak pondoh. Penanaman pertama pohon salak yang dikhususkan untuk salak slebong dilakukan pada tahun 2000 dan mengawali panen tahun 2003 dengan hasil panen pertama sebanyak 0,5 kilogram per pohon. “Jadi, salak slebong ini pohon salak nya ya tetap pohon salak bongkok, tapi bunganya dibuahi/dikawinkan dengan bunga salak pondoh, jadi tidak ada itu pohon salak slebong, yang ada tetap pohon salak bongkok,” tukas Amin.

Pada tahun 2006, panen salak slebong mulai lancar dengan hasil buah sebanyak tujuh kilogram per pohonnya. Sekarang, Amin mengaku pohon salak bongkok yang dikhususkan untuk menghasilkan salak slebong sudah ditanam di area seluas delapan hektar. “Alhamdulillah sekarang prodksinya banyak, bisa dibayangkan, karena pohon salak itu kan berbuah sepanjang musim,” kata Amin.

Kini, dengan keberadaan salak slebong petani salak bongkok kembali pede dalam menghadapi persaingan di pasaran. “Tentu sekarang kita pede (lagi), bahkan salak slebong ini punya kelebihan dibanding dua induknya, karena besarnya buah mirip ke salak bongkok, sedangkan manisnya mirip ke salak pondoh. Kandngan airnya juga sedikit jadi buahnya renyah dan tidak mudah busuk,” pungkas Amin.

*Diterbitkan di harian Sumedang Ekspres, 23 Februari 2015

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dalam judul post "Cerita Dibalik Lahirnya Salak Slebong" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2015/03/cerita-dibalik-lahirnya-salak-slebong.html "

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar