Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Trying Too Hard, Memaksakan Sesuatu

TV Layar Datar, Tryng Too Hard, Insomnia Notes
TV Flat, Source : memecomicindonesia.com
Berhubung tadi pagi sarapan dengan sepotong roti, jadi kali ini saya sengaja membuat artikel menggunakan bahasa Inggris, rada gaya sedikit lah (walau cuma judulnya saja yang menggunakan bahasa Inggris), trying too hard, atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Sunda disebut dengan "maksakeun", dalam bahasa Belanda disebut dengan "proberen te hard", dalam bahasa Portugis disebut dengan "esforcando demais", dalam bahasa Italia disebut dengan "cercare troppo duro", dalam bahasa Prancis disebut dengan "essayer trop dur". Yah malah jadi google translate ini mah.

Dalam bahasa Indonesia, secara gampangnya trying too hard berarti memaksakan, mencoba melakukan sesuatu dengan terlalu keras, maksa, dalam artian menginginkan menerapkan sesuatu bukan pada tempatnya dan tidak pada kadarnya, berbuat melebihi batas kenyataan yang sebenarnya.

Dewasa ini, dimana semua seolah bergerak dan berubah begitu cepat, mulai dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, gaya hidup, dan lainnya menuntut manusia untuk bisa mengikutinya dengan cepat pula, kita harus up to date, karena kalau tidak, pasti kita bagaikan katak dalam tempurung yang tak tahu apa-apa. Dalam hal perkembangan informasi, sepertinya itu bukan hal sulit, karena semua seolah ditampakkan di depan mata melaui berbagai media yang juga mengalami perkembangan tak kalah pesatnya, ini membuat dunia seolah-olah begitu sempit dan hanya berukuran seujung kuku saja.

Apa yang terjadi di Sunderland beberapa saat kemudian bisa diketahui oleh orang-orang di Sudiplak, apa yang terjadi di Singapura sesaat kemudian bisa diketahui oleh orang-orang di Singaparna, sana dan sini seolah sudah tidak ada jaraknya (menurut beberapa sumber, kalau dunia sudah terasa makin sempit seperti ini maka tandanya kiamat sudah semakin dekat, yuk Istighfar dulu, Astaghfirullah).

Rebounding
Rebonding Rambut
Source : gambardanfoto.com
Tentunya hal tersebut ada sisi positif dan negatifnya, kemudahan memperoleh informasi disadari atau tidak semakin menyuburkan sifat alami manusia, mulai dari hasrat biologis perut dan di bawah perut, rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu, sampai keinginan menyejahterakan diri dan meningkatkan harga diri dengan pemenuhan kebutuhan sekunder, hingga tersier.

Anak desa yang gemar memakan singkong rebus jadi penasaran dengan apa itu McD dan bagaimana rasanya (pengalaman saya), anak desa yang biasa makan jambu batu, ciplukan, dan sejenisnya jadi ingin tahu bagaimana rasanya buah kiwi, strawberry, dan lainnya (pengalaman saya), anak desa yang biasa berpakaian alakadarnya mulai tertarik dengan apa itu rok mini dan ingin mencobanya (bukan pengalaman saya), sampai yang biasa nonton layar tancap mulai ingin tahu apa itu bioskop, yang punya TV tabung mulai ingin mencoba TV flat, dan seterusnya.

Yang ditakutkan adalah, jika setiap individu tidak memiliki pengetahuan yang cukup dan tidak bisa menyikapi perkembangan tersebut dengan bijaksana maka kejadian-kejadian yang sepintas tampak wajar tersebut bisa melahirkan sikap konsumtif bahkan cenderung hedonis. Dan yang lebih memprihatinkan adalah, ketika keinginan yang ada tidak sesuai dengan kemampuan finansial, hal-hal negatifnya bisa jadi beranak pinak mulai dari kecemburuan sosial, saling mengumpat, sampai pada tindak kejahatan/kriminal.

Uang memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya (sekarang) butuh uang, kita tidak bisa menampik hal tersebut. Maka mau tidak mau, mereka yang tertinggal secara finansial tetap harus bisa mengikuti perputaran waktu yang kebetulan membawanya pada saat-saat penuh dera, saat-saat yang menjadikan kebanyakan orang trying too hard atau memaksakan diri agar telihat sama dengan yang lain, agar tetap diakui eksistensinya.

Jika keadaan seperti itu terus berlanjut (memaksakan diri mengikuti perubahan zaman, mode, transfer kebudayaan, dan lainnya) tentunya lama kelamaan akan menimbulkan keadaan mental yang tidak sehat, baik secara individu maupun masyarakat. Berbagai kerugian akan terjadi pada mereka yang tidak tahan terhadap godaan yang timbul akibat derasnya arus informasi yang ada.

Antisipasinya, setiap orang harus punya daya tahan, bijaksana dalam menyikapi cepatnya perubahan yang ada, yang menimbulkan banyak keinginan. Tips sederhana yang bisa dilakukan agar kita tidak terbawa arus gaya hidup hedonis yang konsumtif, yang berpotensi menyeret kita masuk terseret trend waktu yang cepat berubah adalah :
  1. Lihat antara yang perlu diikuti dan dijauhi, karena kemudahan informasi yang ada tidak serta merta menyampaikan yang baik-baik saja, yang buruk dibungkus yang baik itu bahkan lebih banyak. Perlu imajinasi tinggi dalam membendung dan menyaring segala informasi, dengan merenungkan apa yang akan terjadi kedepannya jika kita sembarang mengikuti trend yang sedang in.
  2. Seimbangkan antara keinginan dan keuangan. Berapa banyak mereka yang rela tersiksa hanya untuk sekedar ikut-ikutan, dan ingin dianggap setara dengan yang lain. Saya rasa hidup seperti itu tidak ada enaknya, be your self saja. Yang baik dan boleh sajaa diikuti pun akan berakibat buruk jika tidak sesuai dengan keuangan.
  3. Tahap selanjutnya, tanyakan pada diri dendiri "Sesuaikah antara selera tersebut dengan norma yang ada??". Ini biasanya berkaitan dengan trend style, gaya hidup, baik berupa hobi, pakaian, dan lainnya. Karena meskipun misal sobat mampu untuk mengikuti trend yang sedang booming, tetap harus sesuaikan apa yang ingin diikuti tersebut dengan norma dan adat kebiasaan ditempat sobat berada. Saya rasa ini sangat perlu dan benar-benar mempertaruhkan reputasi (halah) kita, karena bukannya dipuji bisa saja kita malah dimaki.
  4. Terakhir, sesuaikan trend yang ingin diikuti dengan pembawaan alami yang sobat miliki, karena kalau tak cocok tapi terus dipaksakan, niscaya hasilnya terlihat berantakan (ingat Andhika Kangen Band dengan gaya rambutnya dulu). Tapi ini tentu tidak mutlak, tergantung kita menyikapinya saja, tak apa kita menabrak point ini asal kedepannya kita cuek dan tak memperdulikan perkataan orang, seperti artis-artis gitulah
Menurut saya mungkin itu saja pertimbangannya, tapi pastinya masih banyak lagi yang harus kita pertimbangkan jika ingin mengikuti sebuah trend, maksudnya supaya kita natural dalam menjalani dan tidak terkesan memaksakan diri. Apa sobat ada yang ingin menambahkan point lainnya?? Tentunya semuanya kembali pada pribadi dan pilihan masing-masing, karena semua, baik-buruknya akan kembali pada diri kita sendiri. 

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar