Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Julang Ngapak, Filosofi Sebuah Bangunan


Kantor Bupati Sumedang

Sobat masih ingat tentang Pelajaran Dari Sebutir Telur ?? Itu membuktikan bahwa segala sesuatu di dunia ini pastilah memiliki makna secara filosofis bahkan sampai hal terkecil dan remeh temeh sekalipun, dan kita sebagai manusia dianugerahi kemampuan berupa cipta rasa dan karsa untuk bisa merenungi dan menelaah segala sesuatu tentangnya, bahkan lebih jauh lagi bisa berkarya darinya. Dalam masyarakat Sunda, kedalaman filosofi tentang kehidupan tersebut juga tercermin dalam arsitektur bangunan rumah.

Julang Ngapak, Source : Wikipedia

Hal tersebut salah satunya bisa dilihat dari konsep bangunan rumah adatnya, yaitu filosofi rumah bagi masyarakat sunda seperti misal :

1. Rumah adat sunda berbentuk rumah panggung dengan filosofi manusia tidaklah hidup di alam langit atau alam kahyangan, dunia atas. Dan juga tidak hidup di dunia bawah. Maka dari itu manusia harus hidup dipertengahannya dan tinggal di tengah-tengah. Konsep tersebut dituangkan dalam bentuk rumah panggung sebagai realisasi dari konsep pemikiran tersebut secara nyata.

2. Rumah dalam bahasa sunda adalah Bumi (halus), dan bumi adalah dunia. Ini mencerminkan bahwa rumah bukan hanya tempat untuk tinggal dan berteduh, tapi lebih dari itu.

Julang Ngapak sendiri adalah salah satu nama dan model dari rumah adat sunda. Selain Julan Ngapak, rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama lainnya seperti Buka Pongpok, Capit Gunting, Jubleg Nangkub, Badak Heuay, Tagog Anjing, dan Perahu Kemureb, dimana kesemuanya berbentuk rumah panggung, yang membedakan satu dengan lainnya adalah bentuk atap dan pintu rumahnya. Julang Ngapak sendiri mempunyai arti burung yang merentangkan sayap, jadi bentuk atap pada bangunan ini melebar pada kedua sisinya tetapi berbeda antara sudut atas dan sudut bawahnya. Kita akan seperti melihat burung julak yang sedang merentangkan kedua sayapnya jika melihat bangunan ini, apalagi jika kita melihatnya dari samping.

Sayangnya, kesemua bentuk rumah adat Sunda ini sudah semakin sulit ditemui, karena masyarakat yang mempertahankan rumahnya dalam bentuk rumah adat sudah semakin jarang, dan yang masih mempertahankannya hanya bisa ditemui di pelosok-pelosok daerah saja. Di kabupaten Sumedang, konsep rumah adat Julang Ngapak ini salah satunya bisa dilihat pada bangunan Kantor Bupati Sumedang seperti terlihat di atas, hanya saja bentuknya tidak berupa rumah panggung. Bentuk rumah adat Julang Ngapak ini diambil menjadi konsep bangunan Kantor Bupati sebagai pengejawantahan nilai-nilai budaya Sunda di Kabupaten Sumedang, juga dalam rangka mempertegas jati diri Sunda dalam Lingkungan Puseur Budaya Sunda.

Terlepas dari Julang Ngapak tersebut, melihat kemegahannya di lokasi Rencana Induk Pusat Pemerintahan (RIPP) Kabupaten Sumedang, banyak yang bersenda gurau dan berkata salah satunya seperti "apakah bangunan ini reinkarnasi dari Kerajaan Sumedang Larang ??" ada yang betul dengan nada bercanda, kritis, atau bahkan sinis. Terlepas dari itu semua, ini menandakan masyarakat sekarang sudah tidak lagi apatis, dan tentunya para gegeden yang duduk dan bekerja disana harus bisa mengemban amanah yang dipikulnya, kita doakan bersama.

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dengan judul "Julang Ngapak, Filosofi Sebuah Bangunan" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2013/09/julang-ngapak-filosofi-sebuah-bangunan.html"

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar