Sudah beberapa hari berlalu sejak nonton film ini, tapi tetap saja saya masih kepikiran sosok Euis, eh...Abah.
Para lelaki, pastinya kita ada yang sudah menjadi Abah, pun bagi yang belum, jika masih diberi umur dan juga kepercayaan/rezeki oleh yang Maha Kuasa, tentulah suatu saat nanti pasti juga akan menjadi Abah.
Seperti halnya menjadi Emak, menjadi Abah bukanlah hal mudah. Proses belajarnya tanpa batas, tanpa henti. Apalagi di zaman ini, zaman dimana perbedaan gender bias hampir tak dilihat lagi. Dimana lelaki dan perempuan punya hak, dan kewajiban yang sama. Juga kadang dituntut punya tata kelola jiwa dan respon yang serupa, atas suatu kejadian. Pokoknya semua sama! Walau dilihat dari segi manapun sejatinya kedua makhluk ini jelas berbeda.
![]() |
Abah, Keluarga Cemara. IG @thesasonosfam |
Dan sebagian Papa muda lainnya, harus berusaha lebih keras dari itu. Ada yang belajar lewat banyak baca, ada juga yang hanya mengandalkan naluri dan intuisi. Ya, karena tak semua Papa muda sempat berjumpa ataupun dididik langsung oleh Abahnya di waktu kecil

Dan yang model kedua ini, konon katanya jika tak lost kontrol, ya bakal melankolis abis, bakal lebih menghayati apa yang terjadi antara dirinya, dengan buah hatinya. "Wah, dulu aku bakal semanja dan seceria ini mungkin yah, ketika dipeluk Papah?" gumamnya kala bercengkrama dengan anaknya dalam riang nyanyi dan hangat pelukan.
Dan lain-lain, dan lain-lain gumaman sejenis yang bakal ada berseliwer di kepalanya, sambil khayal melayang ke masa antah berantah dimana terjadi dialog imajiner antara dia dengan ayahnya, dialog yang sangat menyenangkan yang sayangnya dulu tak pernah terjadi, tapi kini ia alami.
Pada si buah hati, perangai semua Abah pasti lah lembut, pun ia bahkan bisa lebih peka dan perasa dari seorang Emak. Tatkala Anak demam batuk-batuk ringan, kulit kemerahan atau hidungnya meler terus...si Abah bisa jadi yang paling riweuh dan paling khawatir;
"Mah, ini si adek kenapa? Duh, harus digimanain ini!!? Udah dikasih obat kan? Duh y Allah kasian. Mah ayo mah kita cepet ke dokter?!!"
Sementara emaknya yang lagi sibuk congkelin kotoran di kuku kakinya ringan menjawab "Ah, sebentar lagi juga sembuh! Paling gara2 tadi keanginan pas lagi maen. Badan anak jangan dibawa manja kenapa?! Dikit2 mikirnya obat, dikit2 mikirnya dokter!"
Gitu lha kira-kira. Ini bukan tentang bener atau salah ya, tapi ya kira-kira begitulah gambarannya. Normalnya, Seorang Abah bisa lebih lebih lebih khawatiran, lebih lembut, lebih peka, lebih perasa daripada Emak, pada anaknya.
Tapi sayang, semua kepekaan dan kelembutan Abah itu seringkali lebih mudah hilang dan menguap dibanding punyanya Emak. Dia mudah sekali jadi abnormal. Banyak Abah menjelma jadi sosok yang dingin, kaku, tak jarang mejurus kasar, semua kelembutannya seolah hilang entah kemana. Karena apa coba? ya! Mikirin kerjaan, Kelelahan kerja, mikirin utang, dll, dll, banyaklah. Karena semua itu biasanya seorang Abah jadi abnormal.
Emak, juga mungkin sama kayak di atas. Hanya saja seorang emak kan ngedepanin rasa ya, kalau abah ngeduluin pikir. Adam makhluk pemikir dan Hawa makhluk perasa. Sedang, soal lembut atau peka itu bagian besarnya adalah rasa. Jadi meski seorang Emak sudah sangat lelaahhh sekalipun, ia cenderung lebih bisa mengontrol sisi "peka" nya. Sedang Abah, "auk ah" kitu meureun, kurat koret kerjaan di kantor aja seringnya kayak gak mau lepas tuh dari dari dalem keningnya, Meski dia sudah sampai di rumah.
Gittu mungkin. Gak taulah ini sebenernya mau nulis apaan. Cuma lagi teringat salah satu scene film Keluarga Cemara, saat si abah kalut karena urusan pekerjaan dan jadi ga peka sama kebutuhan psikis anak-anaknya. Sedang si Emak, tetap bisa lebih cool dan tenang walau sadar sedang menapaki kebangkrutan.
*pict dari IG nya Ara @thesasonosfam
proses jadi abah yang bijaksana memang membutuhkan waktu belajar yang tak ada batasnya, cuman ya kudu segera menerapkannya dari sekarang, terutama bagi abah new...intinya mah gamsus, gampang tapi susah gituh sih yang penting selalu pake hati yang selalu di kedepankan jauhkan emosi dan nafsu birahi terutamanya mah...heheuydeuh
kenapa ngga pake disqus juga mang...kolom komentarnya, bukankah para mastah kebanyakan make disqus...soale spam masuk susah antisipasinya kalau blogger mah, dan suka lelet pas di publishnya blogger mah...saya kudu memuat halaman ini dulu baru bisa masuk....urun rembuk aja sih...sorimenyori yeah
pelajaran berharga yah, saya sebagai calon abah (teuing irahanamah) berterima kasih sudah disuguhi konten yang berkualitas seperti ini
abah saya sudah tiada tapi dia tetep aku ingat. orangnya baik banget. semoga kau ditempatkan di tempat yg baik.
ABAH IBU DUNIA AKHIRAT ANAK
Tuuuh kaaaan baca pos ini (selain pos lain tentang filem ini) saya jadi semakin mupeng untuk bisa segera menontonnya ... apakah saya harus bangun bioskop sendiri di sini? Hehe. Salut sama nilai-nilai kehidupan yang ditampilkan dalam filem ini (nonton versi duluuuu :p).
Setuju pisan...suhuuu. Iyah, coz jadi abah juga punya banyak peran,kadang harus bisa berperan jadi emak, jadi babaturan buat anak, de el el
Siap mang. Iyah mungkin entar mau pake disqus juga. Ini template masii belum netep soalnya ntar juga dirombak lagi. Kedepan lah eta mah disesuaikan dengan template kalo ganti lagi. Tapi sayang ini komentar bloggernya tuda uy sudah bejibun klo pake disqus ntar jadi tak nampak
Ahhh, boa isuk pageto ge jadi geura wkwkwkwk
Aamiin y Allah, kita sama Kang :) Semoga Abah kita diampuni dosa-dosanya dan ditempatkan di tempat terbaik di sisisNya
apa kita akan masuk Surga ataupun neraka, tentu tergantung bagaimana kita di dunia memperlakukan ayah ibu kita :)
Jaman Abahnya diperankan oleh Pak Adi Kurdi jaman old penuh kenangan dimana kita masih ingusan dan bebas merengek kalau pengen jajan tapi gak bebas jalan-jalan karena belum banyak angkutan main di luar ruangan paling enak di sekolahan ada ayunan ada perosotan dan lain-lainnya kan....duh cape nih pasti bacanya :D
Post a Comment