Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Aku Memilih Janda


Rapat Kerja Teknis Pengawasan DPTHP dan Bahan Kampanye Peserta Pemilu Tahun 2019 di Kabupaten Sumedang

"Sebentar lagi kita akan melaksanakan perekrutan Pengawas TPS. Saya mau tanya, misal kalau ada dua orang perempuan mendaftar, yang satu, parasnya cantiiikk banget, tapi sudah punya suami. Dan yang satunya lagi, parasnya biasa saja, tapi janda. Kalau situasinya seperti itu, mana yang akan Anda pilih untuk direkrut?" Ketua Bawaslu Propinsi, Bapak Wasikin Marzuki bertanya.

Para hadirin terdiam sejenak, dalam sekali sepertinya semua berpikir.

"Kok gak jawab? Saya tanya sekali lagi, mana yang lebih pantas? Pilihan bakal dijatuhkan ke yang mana?" Sahut Pak Wasikin lagi.
Dan mulai terdengar jawaban dari hadirin, jawabnya ragu tak begitu nyaring. "Yang jandaa..."

"Lha kok ragu gitu jawabnya, gak kompak pula. Yang tegas dan jelas dong jawabnya, mana yang bakal dipilih?"

Dan bapak-bapak hadirin pun langsung serentak semua menjawab lebih keras; "Yang Jandaaaaaa!!!!". Jawab nyaring itu terdengar berseling dengan cekikik yang coba ditahan.

Mendengar itu, Ketua Bawaslu Propinsi sontak langsung nyeletuk;

"Yeeh, gimana sih?! Yang pantas dipilih, yang pantas direkrut itu yaaaa...yang memenuhi persayaratan lah! Kok malah jawab janda! Hmmmmm ketauan ini mah, kemana arah pikirannya! Hahaha,"

"Jiahhh!! Hahaha!" Dan hadirin peserta rapat pun serentak riuh rendah menepuk jidat, nyaring tertawa semua. Menertawakan diri sendiri tentunya, yang kecele...hehehe.

Ya, karena semua masuk perangkap pertanyaan, milih perempuan yang sudah bersuami, atau yang janda? Ehem, ini dalam hal rekrutmen Pengawas TPS di pemilihan Presiden dan Pileg nanti lho ya! Jangan kemana-mana mikirnya!

Well, bapak Ketua Bawaslu Propinsi Jawa Barat memang dikenal suka bercanda. Hebatnya, tiap candaannya bak anak panah yang melesat membawa materi yang langsung bisa tertancap dan meresap masuk ke kepala para audiens-nya. Suasana rakernis selalu segar jika beliau yang membawakan materi, jauh lah dari kata boring dan ngantuk-ngantuk. Adapun materi dalam canda di atas tentu hanya secuil saja dari apa yang beliau sampaikan pada "Rapat Kerja Teknis Pengawasan DPTHP dan Bahan Kampanye Peserta Pemilu Tahun 2019 di Kabupaten Sumedang" di hotel Puri Khatulistiwa, Jatinangor, Sumedang, beberapa hari lalu.

Dan bagi saya pribadi, pertanyaan ringan yang kala itu agak "sulit" untuk dijawab dengan benar itu sedikitnya menyentil salah satu sisi diri, karena saya juga ikutan menjawab "janda", saya ikutan memilih "janda", haha. Eits tapi itu bukan tanpa alasan lho ya. Ya, saya kira hadirin yang hampir semua menjawab "janda" juga, menjawab demikian bukan tanpa pertimbangan. Semua pastinya sudah coba mencerna pilihan dalam waktu sekejap.

Karena seperti dalam perekrutan personil pengawas pemilu sebelumnya mulai dari Sekretariat, Pengawas Kelurahan/Desa, sampai Pengawas TPS, saya selaku staf Panwas juga tentunya ikut mencermati. Dimana setelah dilantik, dari seluruh proses yang dilewati dalam pekerjaan, hal yang hampir selalu jadi batu sandungan salah satunya adalah...pasangan.

Bagaimana tidak, menjadi salah satu personil pengawas pemilu haruslah bersedia bekerja penuh waktu, harus stay, bersedia, siap 1 x 24 jam jika diperlukan, tak ada hari libur karena apa yang terjadi di lapangan begitu dinamis tiap detik dan menitnya. Apalagi, sekarang pemilu sudah di depan mata dan sedang hangat-hangatnya, bukan?

Menjadi pengawas pemilu bukanlah pekerjaan, tapi pengabdian, kami menanamkan dalam-dalam kalimat itu di benak masing-masing. Nah, kita mungkin saja bisa...mungkin kita fine-fine saja walau harus siaga 1 x 24 jam, lha pasangan kita bagaimana? Saya sendiri dulu waktu masih jadi Operator Keuangan, bukan sekali dua kali bertengkar dengan istri karena hal ini, karena jam kerja yang penuh waktu.

Karena, waktu buat pekerjaan begitu besar, begitu panjang, begitu lama, sampai mencomot porsi waktu buat keluarga. Pernah suatu ketika waktu jadi jadi Operator Keuangan, saya makan, mandi, tidur, semua di sekre, lha waktu buat keluarganya mana? Jadi, ini harus benar-benar dikomunikasikan baik-baik dengan pasangan. Noh, udah benar-benar, harus baik-baik pula.

Kembali lagi ke dua pilihan di atas. Nhaa, ini lah yang membuat saya menjatuhkan pilihan pada seseorang yang dalam hal ini, tidak/belum mempunyai pasangan lagi. Untuk meminimalisir konflik lah tentunya. Karena meski masa bakti Pengawas TPS hanya sekitar satu bulan, tapi tetap yang bersangkutan harus siap siaga 1 x 24 jam setiap harinya. Bisa saja sedang makan, sedang tidur, sedang berlibur, sedang sibuk apalah gitu, tiba-tiba dipanggil harus merapat ke Sekretariat. Agak ribet kan, kalau yang bersangkutan tidak bisa mengkomunikasikan hal tersebut pada pasangannya.

Pun, tentunya pilihan ini juga dijatuhkan setelah ada penilaian secara objektif lha ya, persis seperti apa yang Bapak Ketua Bawaslu Propinsi Jabar bilang. Jadi nggak ujug-ujug. Jika beliau sang janda jadi yang terbaik dalam berbagai aspek, pun juga telah memenuhi semua persyaratan umum menjadi PTPS, ya kenapa enggak, kan. Dan kelebihan beliau yang tidak/belum mempunyai pasangan lagi itu, ya nantinya bisa lebih bebas dalam kerjanya, jadi bisa lebih tumakninah.

Udah, gitu aja deh pembelaan saya mah. Istri saya mah jangan sampai tau dih, kalau waktu itu saya ikutan milih janda, mestiii dijelasin panjang lebar nantinya supaya tak ada piring dan gelas yang melayang.

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar