Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Rangasa, Buah Hutan Yang Semakin Langka

Buah Rangasa
Image By : iucnredlist.org

Rangasa, atau ada juga yang menyebutnya hangasa, admin pribadi pertama kali mencicipi buah ini ketika SMP dulu. Admin menemukan pohon buah ini di hutan ketika ngebolang, mulanya admin merasa aneh melihat bentuk buahnya, karena bentuknya memang tidak biasa dan cukup unik, tapi karena seorang teman mengatakan buah ini bisa dimakan, jadi admin coba nyicip saja.

Ya, admin rasa kebanyakan dari sobat juga kurang familiar dengan buah yang mempunyai nama latin Amomum dealbatum ini karena buah ini termasuk buah hutan dan tidak dijajakan di pasaran. Kebanyakan hanya anak-anak di pedesaan saja yang tahu buah ini, itupun tidak semuanya, kalau anak desa nya anak rumahan mah (jarang main) dijamin tidak tahu buah ini.

Tanaman rangasa yang juga biasa disebut dengan wresah ini hidup liar dan terpencar-pencar di hutan, adapun yang tumbuh di kebun atau dekat pemukiman penduduk biasanya sengaja ditanam atau tidak sengaja tumbuh setelah biji rangasa dibuang, tapi itupun jarang sekali terjadi. Pohonnya akan mudah tumbuh di daerah yang tanahnya lembab dan kaya akan humus. Untuk perbanyakannya sendiri, rangasa akan cepat tumbuh jika diperbanyak dengan menanam ujung rimpangnya yang berakar, karena rangasa ini memang termasuk anggota suku jahe-jahean (Zingiberaceae).

Bagi anak-anak desa yang senang berpetualang masuk ke dalam hutan, buah ini biasanya diburu karena memang rasanya menyegarkan, dengan rasa manis sedikit asam dan berbau harum tentu akan menambah keseruan ketika berpetualang ke dalam hutan. Kebanyakan hanya akan memakannya di tempat, tapi ada juga yang suka membawanya pulang karena dalam satu tandan buah terdiri dari banyak buah rangasa.

Secara fisik, buahnya berbentuk lonjong dan berbelah bintang seperti buah belimbing, buahnya menempel pada tandan yang muncul di pangkal batang. Pada satu tandan terdapat banyak buah rangasa, jika buahnya dibelah atau dikupas, daging buahnya berbentuk selaput atau gel dengan banyak biji yang berjajar searah.

Bentuk buahnya yang kecil dan banyak, serta rasanya yang menyegarkan biasanya memancing anak untuk terus menyantapnya, nah inilah yang berbahaya, karena apapun kalau terlalu banyak tentunya tidak baik. Memakan buah ini terlalu banyak akan menyebabkan weureu atau keracunan. Gejala keracunan buah ini biasanya ditandai dengan rasa mual dan pusing, jika sudah parah biasanya akan muntah dan diare. Jika sudah keracunan, segera minum obat pencahar agar racunnya keluar semua, lalu banyak minum untuk mengganti cairan tubuh dan istirahat yang cukup.

Di beberapa tempat, termasuk di tempat admin sendiri di Sumedang, buah ini bisa dikatakan sudah hampir punah, ya, sangat disayangkan buah ini sekarang semakin langka dan sulit ditemui. Hal tersebut diakibatkan oleh maraknya pembukaan hutan baik untuk pemukiman ataupun kepentingan bisnis, sementara di sisi lain, jarang ada penduduk desa yang menyengaja menanam atau membudidayakan tanaman rangasa ini.

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dalam judul post "Rangasa, Buah Hutan Yang Semakin Langka" Dengan link sebagai berikut : "http://www.wewengkonsumedang.com/2015/06/rangasa-buah-hutan-yang-semakin-langka.htm"

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar