Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Wikana, Sosok Dibalik Proklamasi RI

Wikana, Sosok Dibalik Proklamasi RI

Tokoh dibalik layar, apa yang terlintas dipikiran kita ketika mendengar kata tersebut? secara sederhananya kita akan menyimpulkan bahwa tokoh di balik layar adalah seseorang yang mempunyai peran yang sangat besar dalam suatu hal tetapi keberadaannya tidak banyak diketahui oleh khalayak, atau kalaupun ada yang mengetahui, keberadaannya seringkali diacuhkan dan perhatian khalayak tetap terfokus pada tokoh sentral.

Dibalik peristiwa-peristiwa besar di dunia sampai kejadian-kejadian sederhana dilingkup kecil seperti dalam keluarga pasti ada seseorang yang berperan menjadi tokoh dibalik layar, seperti misal seorang anak yang berprestasi di sekolah pasti banyak yang berperan dalam prosesnya, sang anak yang menjelma menjadi pemeran utama begitu disanjung karena prestasinya, namun dibalik itu ada guru yang tak lelah mengajarinya, saudara yang ikut membimbing dan mendisiplinkannya, sampai hal terkecil seperti seorang ayah yang menyiapkan sarapannya. Mereka menjadi tokoh dibalik layar yang mempunyai peran sangat besar bagi kesuksesan si anak meraih prestasi.

Berbicara tentang peristiwa-peristiwa besar di negara kita Indonesia, tentunya kita semua sepakat salah satu peristiwa besar tersebut adalah kemerdekaan negara Indonesia tanggal 17 agustus 1945, dimana setelah bertahun-tahun terbelenggu dalam penjajahan negara asing, Indonesia mampu keluar dari ketidak berdayaannya dan berangsur-angsur mulai tumbuh menjadi negara yang mulai diperhitungkan di dunia Internasional. Peristiwa besar tersebut juga melahirkan tokoh-tokoh besar, tokoh-tokoh utama yang begitu disanjung, sebut saja Presiden pertama kita Bapak Ir. Soekarno yang sampai akhir hayatnya bahkan hingga kini begitu dihormati didalam negeri dan juga tetap disegani oleh negara asing.

Hari kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, sebuah peristiwa besar yang melahirkan tokoh-tokoh besar ini juga tentunya mempunyai tokoh dibalik layar seperti yang telah admin sebutkan diatas, karena kemerdekaan Indonesia adalah kerja keras seluruh elemen bangsa. Dibalik nama-nama besar yang muncul seperti Ir. Soekarno dan Moh Hatta, banyak nama-nama yang sedikit sekali orang tahu bahwa mereka juga mempunyai peran dan jasa yang besar dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dan nama-nama yang sedikit diketahui itu salah satunya adalah Wikana, pemuda sekaligus pejuang bernyali singa asal Sumedang.

Ya, tak banyak yang tahu jika pemuda berdarah Sunda asal Sumedang ini cukup disegani pada masanya, karena keberanian dan keenceran otaknya, beliau menjadi salah satu tokoh yang sangat berperan dibalik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Wikana namanya, beliau lahir di Sumedang 18 Oktober 1914, ia begitu berperan pada saat-saat genting menjelang kemerdekaan republik Indonesia.

Bersama para pemuda lainnya ia menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok dengan tujuan agar Soekarno dan Hatta bisa segera membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan, ia pula yang menjadi tokoh sentral diantara para pemuda yang membujuk, melobi, dan meyakinkan Soekarno untuk mendeklarasikan kemerdekaan dalam proklamasi secepat-cepatnya dengan mempertimbangkan situasi politik saat itu. Saat-saat tersebut tercatat sebagai masa yang genting namun juga memberikan harapan bagi kemerdekaan Indonesia karena pada saat itu Jepang mengalami kekalahan perang dari Sekutu.

Seperti kita ketahui dan tertera juga dalam pelajaran-pelajaran sejarah di sekolah, teks proklamasi 1945 dirumuskan di rumah dinas Laksamana Maeda di daerah Menteng, Jakarta. Mungkin sebagian dari kita ada yang bertanya-tanya kenapa perumusan teks proklamasi tersebut dilaksanakan di rumah Laksamana Maeda? padahal Laksamana Maeda merupakan Laksamana dari angkatan laut Jepang yang merupakan penjajah Indonesia kala itu, aneh bukan? ternyata itu bisa terlaksana karena ada peran besar Wikana dibalik peristiwa tersebut, ya, Wikana adalah tokoh dibalik itu semua, karena ia mempunyai koneksi yang sangat kuat pada Angkatan Laut Jepang, Kaigun.

Selain itu, Wikana juga menjadi salah satu tokoh yang mengatur semua keperluan untuk pembacan teks proklamasi di rumah Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur No 56. Ketika Ir Soekarno terkena malaria di detik-detik pembacaan teks proklamasi, beliau adalah orang yang terlihat paling tegang diantara yang lain, ia pula yang membujuk kalangan militer jepang agar tidak mengganggu jalannya pembacaan teks proklamasi.

Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi Menteri Negara Urusan Pemuda (sekarang Menteri Pemuda dan Olahraga) yang pertama dengan Masa jabatan 29 Juni 1946 – 29 Januari 1948. Ini tak lepas dari keenceran otaknya dari semasa kecil, ia terlahir dari keluarga menak Sumedang, ayahnya bernama Raden Haji Soelaiman, pendatang dari Demak Jawa tengah. Sebagai anak seorang priyayi, pada masa itu ia mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan, namun ia tak bisa mengenyam pendidikan begitu saja dengan mudahnya, karena untuk masuk sekolah dasar kala itu tidak bisa hanya dengan bermodal anak priyayi atau anak raden saja.

Hal tersebut disebabkan karena sekolah dasar kala itu ELS (Europeesch Lagere School) menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, dan tentu saja sekolah itu hanya bisa dimasuki oleh mereka yang mempunyai kemampuan diatas rata-rata. Wikana kecil memenuhi syarat tersebut, ia berhasil masuk dan lulus dari ELS. Selepas sekolah dari ELS, Wikana melanjutkan sekolah ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), pada masa-masa inilah Wikana sempat menjadi salah satu dari sekian pemuda satelit Bung Karno di Bandung Jawa Barat.

Note : bagi sobat yang alergi dengan kata "PKI" mungkin lebih baik untuk tidak melanjutkan membaca artikel ini

Wikana, Sosok Dibalik Proklamasi RI

Pada masa kolonial, ia menumpang dan berlayar bersama perahu politik PKI guna memfasilitasi perjuangannya, ia bergerak dan menjadi pemimpin PKI bawah tanah di Jawa Barat, selain itu, ia juga tercatat pernah aktif sebagai anggota Partai Indonesia (Partindo). Lalu kemudian pada tahun 1938, ketika Barisan Pemuda Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan, dia terpilih menjadi ketua pertama partai tersebut. Keyakinannya yang anti-kolonialisme mendorong Wikana aktif mengikuti berbagai organisasi politik yang melawan Belanda secara frontal, dan menjadi tokoh pemuda dari sekian banyak pemuda yang bergerak di pusaran arus revolusi.

Pada masa jayanya, ia begitu dikenal sebagai seorang pembaharu yang penuh dengan gebrakan melawan penindasan asing, bahkan tokoh sekaliber triumvirat DN Aidit, Lukman, dan Njoto pun menjadikan Wikana sebagai tempat rujukan dalam bertindak dan bertukar pikiran (walau pada akhirnya mereka jugalah yang membatasi gerak politik Wikana dengan menempatkannya dalam Comite Central (CC) PKI, dimana Wikana dipandang sebagai golongan tua yang tidak progresif). Namun kemudian, utamanya setelah kemerdekaan RI, semakin lama karier politik Wikana semakin meredup setelah kasus Madiun 1948, terakhir posisinya sebagai Gubernur Militer wilayah Surakarta digantikan oleh Gatot Subroto.
"Bersama dengan pejuang-pejuang dari Nasionalis sayap kiri ia menghilang dan baru kembali setelah DN Aidit melakukan pledoi terhadap kasus Madiun 1948 yang mulai digugat oleh Jaksa Dali Mutiara pada 2 Februari 1955.

Sampai tahun 1950-an dia masih tercatat sebagai anggota Comite Central (CC) PKI yang mulai menggeliat di bawah kepemimpinan triumvirat Aidit, Njoto dan Lukman. Namun praktis Wikana tak memainkan peran penting sebagaimana yang pernah dilakukannya pada era-era awal revolusi. Revitalisasi PKI ditangan DN Aidit membuat Wikana tersingkir dan dianggap bagian dari golongan tua yang tidak progresif. Hal ini sama dengan kasus penyingkiran kaum komunis ex-Digulis oleh anak-anak muda PKI, karena tidak sesuai dengan perkembangan perjuangan komunis yang lebih Nasionalis dan mendekat pada Bung Karno. Terakhir Wikana tinggal di daerah Simpangan Matraman Plantsoen dalam keadaan miskin dan sengsara karena tidak mendapat tempat di PKI dan diisolir oleh Aidit. Pada saat itu Waperdam Chaerul Saleh pada tahun 1965 menarik Wikana menjadi anggota MPRS.

Beberapa pekan sebelum peristiwa G30S 1965 terjadi, Wikana berserta beberapa elemen PKI lainnya pergi ke Peking untuk menghadiri perayaan hari Nasional Cina 1 Oktober 1965. Tapi sontak terdengar kabar dari tanah air tentang insiden penculikan dan pembunuhan para jenderal. PKI disalahkan. Delegasi terceraiberai. Wikana meminta anggota delegasi lain untuk tetap berada di Peking selagi menunggu kepastian dari berita yang simpang siur. Dia sendiri memilih pulang ke tanah air.

Kurang dari setahun setelah peristiwa G30S, dia ditangkap. Sempat bermalam di Kodam Jaya namun dipulangkan kembali. Tak berapa lama kemudian segerombolan tentara tak dikenal datang ke rumahnya di Jalan Dempo No. 7 A, Matraman, Jakarta Pusat. Mereka membawa Wikana dan sampai hari ini, pemuda garang yang sempat membuat Bung Karno naik pitam itu, tak pernah kembali pulang. Dia hilang tak tentu rimbanya."
Tulisan diatas admin kutip dari web historia, yang menggambarkan akhir karier politik dan akhir kehidupan Wikana. Memang, kata tragis seolah sudah menjadi biasa untuk para pejuang pada masa-masa tersebut, ada ungkapan revolusi hampir selalu memakan anaknya sendiri, berapa banyak tokoh-tokoh besar dan hebat dimasa perjuangan dulu tak terdengar dan tak tertulis lagi dalam pelajaran-pelajaran sejarah Indonesia sekarang ini, padahal sejatinya merekalah yang benar-benar pejuang dan juga benar-benar berperan dalam memerdekakan Indonesia, namun setelah Indonesia merdeka mereka disingkirkan hanya karena garis politik dan haluan kepentingan yang berbeda dengan kekuatan politik yang sedang berkuasa.

Tulisan ini mungkin terlalu sederhana untuk menggambarkan bagaimana seorang Wikana sebenarnya, yang mempunyai peran besar dibalik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, maka dari itu bagi sobat yang ingin mengetahui sepak terjang Wikana lebih jauh lagi, salah satunya bisa disimak di Historia : Wikana

Dewasa ini, ada guyonan yang memprihatinkan bahwa katanya orang-orang pintar, cerdas, dan berdaya tak akan pernah terpakai dan akan selalu tersingkirkan dari pusaran kekuasaan di Indonesia, tapi melihat perjalanan hidup Wikana dan juga tokoh-tokoh seangkatannya, sepertinya hal tersebut justru sudah sejak lama terjadi di negera kita Indonesia.

*Sumber gambar : http://historia.co.id

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dengan judul "Wikana, Sosok Dibalik Proklamasi RI" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2014/08/wikana-sosok-dibalik-proklamasi-ri.html "

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar