Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Benteng Belanda di Gunung Palasari, Sumedang

Bangunan Berbentuk Kamar-kamar di Benteng Belanda Gunung Palasari

Benteng Belanda di Gunung Palasari. Di Sumedang, penjajah Belanda memang banyak membangun benteng atau Instalasi militer di atas ketinggian, mengingat Sumedang adalah daerah yang topografinya berbukit-bukit, sementara pusat kota berada di dataran yang cukup rendah, dengan membangun instalasi militer di atas ketinggian, tujuannya agar susah dijangkau oleh masyarakat yang mencoba untuk melawan dan juga agar mudah mengawasi pergerakan di daerah kota Sumedang, karena benteng-benteng dibangun di tempat-tempat yang strategis dan bisa melihat pusat kota Sumedang secara langsung dikejauhan.

Ketika berkunjung ke Benteng Belanda di Gunung Palasari ini, admin disambut dengan hangat oleh pengelola benteng, kebetulan ketika itu pengunjung sedang tidak ramai sehingga admin bisa sedikit berbincang-bincang dengannya, beliau bercerita bahwa beberapa hari sebelum admin berkunjung, benteng ini baru saja kedatangan crew dari salah satu TV swasta di Indonesia beserta salah seorang seleb paranormal yaitu Ki Joko Bodo, tujuannya sudah bisa ditebak, yaitu menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk acara uji nyali.

Jujur saja, sedikit banyaknya admin jadi miris mengetahui hal tersebut, ya, admin sedikit heran, kenapa masyarakat di Indonesia kebanyakan sepertinya menganggap bahwa hal-hal seperti ini (banteng Belanda, bangunan tua) berhubungan dengan hal-hal gaib, walaupun tidak sepenuhnya salah tapi tetap saja hal ini mengundang pertanyaan, jika disebut bangunan bersejarah di Indonesia berupa "bangunan tua", "benteng peninggalan belanda" dan yang sejenisnya pasti yang pertama kali terbersit di kebanyakan pikiran kita adalah "UJI NYALI".

Beberapa komentar yang masuk di artikel blog ini juga seolah memperjelas hal tersebut, karena ketika memposting tentang bangunan-bangunan seperti ini pasti ada yang berkomentar kurang lebih seperti "wah cocok nih buat uji nyali" dan sejenisnya. Hal ini semakin jelas terlihat pada artikel yang berjudul "Gunung Kunci, Cerita Mistis di Sebuah Benteng" di blog ini yang hampir selalu menjadi paling populer padahal admin belum menceritakan sisi sejarah dari benteng Gunung Kunci tersebut, ini seolah memperjelas bahwa dari bangunan-bangunan seperti ini hal-hal mistisnya lebih sering dicari daripada sisi sejarahnya.

Kembali lagi pada topik tentang benteng Belanda di Gunung Palasari, benteng ini berada di kelurahan Pasanggrahan Baru, Sumedang Selatan, sangat dekat dengan pusat kota Sumedang dan sangat dekat juga jaraknya dengan Benteng Gunung Kunci, keduanya hanya dipisahkan oleh sebuah ruas jalan yang menjadi penghubung Kota Bandung dengan Kota Cirebon yang melewati Sumedang. Benteng Belandanya sendiri berada di puncak bukitnya, bentengnya terdiri dari kamar-kamar yang memutar mengelilingi puncak bukit.

Sama halnya dengan Gunung Kunci, Gunung Palasari bukanlah gunung besar dalam artian gunung sebenarnya, tapi ia merupakan gunung kecil atau bukit. Gunung Palasari ini sedikit lebih tinggi dari Gunung Kunci sehingga kota Sumedang lebih bisa diawasi dari daerah ini. Namun meskipun tempat ini berada tidak jauh dari pusat kota, jangan harap kita bisa menemui jalan yang bagus dan mulus untuk menuju ke benteng ini, apalagi kalau belum hapal medan jalannya.

Admin sendiri mempunyai pengalaman yang cukup melelahkan untuk sampai kepuncak bukit Palasari ini, dengan menggunakan motor bebek biasa admin dua kali menemui kegagalan ketika menuju ke puncak bukit (dan memilih untuk balik badan dan kembali pulang), karena medannya sangat sulit, jalannya berupa jalan setapak dengan batu-batu besar dan kerikil beralas tanah merah akan sangat menyulitkan laju kendaraan roda dua, kalaupun mau menggunakan sepeda motor untuk menuju kesini, baiknya menggunakan motor trail yang bannya kuat mencengkram tanah. Baru pada kali ketiga berkunjung admin berhasil sampai kepuncak dengan cara mendaki berjalan kaki dari bawah.

Benteng Gunung Palasari, Bangunan Pertama

Benteng di Gunung Palasari bentuknya berupa kamar-kamar yang berdiri kokoh, jumlah totalnya ada 9 buah bangunan menyerupai kamar-kamar yang berderet mengelilingi puncak bukit. Gambar diatas adalah benteng pertama yang bisa dijumpai ketika kita mulai masuk ke kawasan komplek Benteng di Gunung Palasari ini. Meskipun jumlah bentengnya banyak, tapi bentuk bangunannya hampir sama satu dengan lainnya atau satu tipe bangunan, yaitu berbentuk kamar-kamar dengan satu atau dua pintu pada setiap bangunannya kecuali pada benteng yang pertama dan benteng yang kesembilan.

Sama dengan benteng peninggalan belanda lainnya di Sumedang, Benteng Gunung Palasari ini merupakan peninggalan sejarah pada masa Perang Dunia I yang dibangun pada sekitar tahun 1916-1918-an. Melihat bentuk bangunannya yang berupa kamar-kamar dan dilengkapi pintu pada setiap ruangnnya, benteng ditempat ini menyerupai barak militer, tempat peristirahatan para perwira. Bentuknya yang memutar mengelilingi bukit memungkinkan mereka untuk mengawasi semua sudut kota Sumedang dan daerah-daerah penyangganya, artinya, sambil beristirahat pun mereka tetap bisa mengawasi kota Sumedang dari jauh. Bentuknya berupa kamar-kamar yang berdiri memutar juga berfungsi untuk pertahanan, karena dengan posisi memutar mengelilingi bukit, otomatis fungsi pengawasan terhadap serangan musuh pun menjadi maksimal karena tak menyisakan ruang kosong yang tak terawasi jika musuh datang dari bawah.

Benteng Gunung Palasari, Bangunan Kesembilan

Walaupun jalan untuk menuju benteng ini cukup sulit seperti telah disebutkan diatas, bukan berarti tidak ada fasilitas apapun di tempat ini. Tempat istirahat dan fasilitas disekitar benteng cukup lengkap mulai dari toilet sampai tempat untuk isirahat dan bersantai sejenak, keadaan di sekitar benteng juga sangat bersih sampai tak ada sampah sedikitpun, ketika admin berkunjung kesini guratan-guratan tapak sapu lidi masih terlihat jelas di atas tanah pertanda tempat ini baru saja dibersihkan.

Corat-coret di Benteng Gunung Palasari

Pengunjung yang datang kesini tentunya dengan berbagai niat dan keperluan mulai dari membuat karya tulis, kemping, dan lain sebagainya, tak terkecuali pengunjung yang datang dengan niat hendak merusak pun mungkin ada, ini terlihat dari banyaknya coretan-coretan di dinding bangunan, coretan ada di semua bangunan, tak ada satu bangunan pun yang luput dari aksi coret-coret tangan-tangan jahil, sungguh sangat disayangkan, padahal kalaulah kita tidak bisa ikut merawat, janganlah kita merusaknya, bukan begitu?

Karena medan alamnya yang cukup menantang, Gunung Palasari ini biasa dijadikan lintasan jalur LLA atau Lomba Lintas Alam mulai dari tingkat kabupaten, tingat propinsi, hingga tingkat nasional yang diadakan di Kabupaten Sumedang, seingat admin dulu sewaktu SMA, biasanya rutenya dimualai dari SMAN I Sumedang menuju Gunung Kunci, Gunung Palasari, dan seterusnya berkeliling rute lomba hingga kembali lagi ke SMAN I Sumedang.

Kabarnya, di tempat ini ada sebuah tempat yang bernama blok linglung yaitu tempat yang menurut kabar akan membuat kita linglung, kesasar, dan tak tahu arah jika kita berkata-kata sompral (berkata-kata kasar, songong, dll) di blok tersebut, admin sendiri kurang tahu akan kebenaran kabar tersebut, namun menurut istri admin, hal itu pernah dialami sendiri olehnya, ia katanya pernah mengalaminya sewaktu aktif dikegiatan pramuka disekolahnya. Ia bersama teman-temannya kesasar tak tentu arah dalam perjalanan hanya karena seseorang dalam rombongan ada yang berkata semisal "ah ieu mah kaitung cetek atuh medanna jang LLA mah" (ah ini sih terhitung gampang medan jalannya untuk perlombaan LLA), padahal ketika itu jalur yang dilalui cukup sederhana berupa jalan setapak, namun semua tersasar tak tentu arah karena kata-kata tersebut.

Sobat boleh percaya ataupun tidak terhadap adanya mitos blok linglung di tempat ini, karena terlepas dari mitos tersebut tentunya kita memang harus menjaga kata-kata kita dimanapun kita berada, karena kata-kata yang keluar dari mulut kita mencerminkan kualitas diri kita sendiri, bukan begitu? Di Gunung Palasari ini terdapat sebuah situs berupa makam leluhur Sumedang dan warga Palasari yang bernama Situs Sanghyang Kolak, hanya sayang admin tidak sempat mengabadikannya ketika berkujung kesini.

Mengunjungi bangunan bersejarah seperti Benteng Belanda di Gunung Palasari ini dijamin akan membuat kita berdecak kagum, mulai dari bentuk bangunan yang unik dan sepintas terlihat menyeramkan, cerita sejarah dibaliknya, sampai suasana di sekitar bangunan akan memberikan nuansa yang berbeda dan menyadarkan kita akan pentingnya mengetahui perjalanan sejarah di masa lampau, karena dengan melihat saksi bisu perjalanan sejarah seperti Benteng di Gunung Palasari ini tentunya akan memberikan nilai lebih pada pemahaman kita tentang sejarah dibanding dengan hanya membacanya lewat buku-buku dan media lainnya.

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dengan judul "Benteng Belanda di Gunung Palasari" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2014/06/benteng-belanda-di-gunung-palasari.html"

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar