Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Mahkota Binokasih Sanghyang Pake


Mahkota Binokasih

Mahkota Binokasih Sanghyang Pake, atau biasa juga disebut "Mahkota Binokasih" saja, adalah sebuah mahkota yang menjadi lambang kebesaran kerajaan-kerajaan di tanah sunda pada masa lalu. Sebelum diwariskan/diberikan kepada Kerajaan Sumedang Larang dan menjadi pusaka Sumedang, Mahkota Binokasih merupakan lambang kebesaran Kerajaan Padjadjaran. Kita flashback sejenak kenapa mahkota kebesaran Kerajaan Padjadjaran ini bisa berada di Sumedang dan seolah menjadi legitimasi menjadikan Kerajaan Sumedang Larang sebagai penerus kekuasaan Kerajaan Padjadjaran.

Secara garis besar, beberapa sumber mengatakan bahwa Mahkota Binokasih dibuat atas prakarsa Sanghyang Bunisora Suradipati, yaitu seorang raja dari Kerajaan Galuh, Kerajaan Galuh sendiri merupakan sebuah kerajaan besar pecahan dari Kerajaan Tarumanagara.

Singkat cerita, dikisahkan ketika Kerajaan Padjadjaran dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja (atau dalam berbagai litelatur kita lebih familiar dengan sebutan Prabu Siliwangi), Kerajaan Padjadjaran diserang oleh gabungan pasukan Islam dari Cirebon, Banten, dan Demak, saat itu Kerajaan Padjadjaran terdesak dan hampir jatuh akibat serangan tersebut.

Sebelum Kerajaan Padjadjaran benar-benar runtuh, Prabu Siliwangi mengutus 4 orang Kandaga Lante kepercayaannya untuk membawa Mahkota Binokasih beserta perlengkapannya ke Sumedang Larang dengan harapan Sumedang Larang dapat meneruskan kejayaan Kerajaan Padjadjaran. Karena pada waktu itu Sumedang Larang merupakan kerajaan bawahan dari Kerajaan Padjadjaran, jadi mungkin bisa dikatakan bahwa kekuasaan Kerajaan Padjadjaran ini diturunkan atau diwariskan kepada Sumedang Larang, dari atasan kepada bawahan.

Alasan kenapa dipilih Sumedang Larang sebagai penerus adalah karena pada waktu itu Kerajaan Sumedang Larang telah menganut agama Islam dan tidak ikut diserang oleh pasukan gabungan Islam, selain itu Sumedang juga dipimpin oleh seorang pemuda yang dikenal cerdas dan berwibawa bernama Pangeran Angkawijaya (atau kita lebih familiar dengan nama Pangeran/Prabu Geusan Ulun), yang dikemudian hari Pangeran Angkawijaya ini menjadi seorang raja yang fenomenal, karena berkat kepemimpinannya beliau mampu menjadikan Kerajaan Sumedang Larang disegani hingga dikenal ke semua penjuru.

Empat orang Kandaga Lante yang diutus oleh Prabu Siliwangi adalah Eyang/Embah Jaya Perkosa (Sanghyang Hawu), Embah Terong Peot, Embah Kondang Hapa (Pancar Buana), dan Embah Nangganan. Dikisahkan dari keempat orang Kandaga Lante tersebut Embah/Eyang Jaya Perkosa lah yang paling hebat ilmu silatnya.

Ketika ke empat orang Kandaga Lante utusan Prabu Siliwangi tiba di Sumedang, keempat orang Kandaga Lante tersebut menyerahkan Mahkota Binokasih dan menyampaikan amanat atau titah dari Prabu Siliwangi, agar Sumedang Larang meneruskan kekuasan Kerajaan Padjadjaran yang tengah terpojok saat itu. Kemudian keempat orang Kandaga Lante ini pun mengabdikan diri kepada Sumedang Larang serta berperan penting dalam membantu Prabu Geusan Ulun mencapai kejayaan Kerajaan Sumedang Larang dikemudian hari.

Pada tanggal 22 April 1578, Prabu Geusan Ulun dinobatkan menjadi Prabu Sumedang Larang penerus Kerajaan Padjadjaran, dan tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang. Mahkota Binokasih dengan segala perlengkapan perhiasan kerajaan yang dibawa dari Kerajaan Padjadjaran tersebut kini tersimpan rapi di Museum Prabu Geusan Ulun, menjadi salah satu saksi bisu perjalan panjang sejarah Kabupaten Sumedang, dari dulu, hingga saat ini. Hari ini bertepatan dengan tanggal 22 April 2013, yang berarti Kabupaten Sumedang memperingati hari jadinya yang ke-435, dirgahayu Sumedang, semoga semakin maju, motekar, dan berprestasi.

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dengan judul "Mahkota Binokasih Sanghyang Pake" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2013/04/mahkota-binokasih-sanghyang-pake.html"


Crown Binokasih Sanghyang Pake

The Crown of Binokasih Sanghyang Pake, or also commonly called the "Crown of Binokasih" only, is a crown that became a symbol of the greatness of the kingdoms in Sundanese land in the past.  Before bequeathed / given to the Kingdom of Sumedang Larang and become a heritage of Sumedang, Mahokasih Crown was a symbol of the greatness of the Padjadjaran Kingdom.  We flashback for a moment why the great crown of the Padjadjaran Kingdom can be in Sumedang and seems to be the legitimacy of making the Sumedang Larang Kingdom the successor to the Padjadjaran Kingdom.

Broadly speaking, some sources say that the Crown of Binokasih was made on the initiative of Sanghyang Bunisora ​​Suradipati, namely a king from the Galuh Kingdom, the Galuh Kingdom itself was a large fraction of the kingdom of Tarumanagara.

Long story short, it was told when the Padjadjaran Kingdom was led by Sri Baduga Maharaja (or in various literatures we were more familiar with the name Prabu Siliwangi), the Padjadjaran Kingdom was attacked by a combination of Islamic forces from Cirebon, Banten and Demak, at that time the Kingdom of Padjadjaran was pressed and almost fell due to the  the attack.

Before the Padjadjaran Kingdom actually collapsed, Prabu Siliwangi sent 4 people from Kandaga Lante to bring the Crown of Binokasih along with his equipment to Sumedang Larang in the hope that Sumedang Larang could continue the glory of the Padjadjaran Kingdom.  Because at that time Sumedang Larang was a subordinate kingdom of the Padjadjaran Kingdom, so it might be said that the authority of the Padjadjaran Kingdom was passed down or passed on to Sumedang Larang, from superiors to subordinates.

The reason why Sumedang Larang was chosen as the successor was because at that time the Kingdom of Sumedang Larang had embraced Islam and was not attacked by the joint forces of Islam, besides Sumedang was also led by a young man who was known to be intelligent and authoritative named Prince Angkawijaya (or we are more familiar with  the name of Prince / Prabu Geusan Ulun), who later became Prince Angkawijaya became a phenomenal king, because thanks to his leadership he was able to make the Kingdom of Sumedang Larang respected until it was known to all directions.

The four Kandaga Lante sent by Prabu Siliwangi were Grandfather Jaya Perkosa (Sanghyang Hawu), Eggplant Peot Grandparent, Famous Hapa Grandparent (Pancar Buana), and Grandparent Subscription.  Narrated from the four Kandaga Lante people, Grandpa / Eyang Jaya Perkosa is the most powerful martial arts expert.

When the four Kandaga Lante envoys Prabu Siliwangi arrived in Sumedang, the four Kandaga Lante surrendered the Crown of Binokasih and conveyed the mandate or order from Prabu Siliwangi, so that Sumedang Larang continued the power of the Padjadjaran Kingdom which was cornered at the time.  Then the four Kandaga Lante people also dedicated themselves to Sumedang Larang and played an important role in helping King Geusan Ulun achieve the glory of the Sumedang Larang Kingdom in the future.

On April 22, 1578, Prabu Geusan Ulun was named Prabu Sumedang Larang successor to the Kingdom of Padjadjaran, and the date was later celebrated as the anniversary of Sumedang Regency.  Crown Binokasih with all the royal jewelery equipment brought from the Padjadjaran Kingdom is now neatly kept in the Prabu Geusan Ulun Museum, being one of the silent witnesses to the long history of Sumedang Regency, from the past, until now.  Today coincides with April 22, 2013, which means that Sumedang Regency is commemorating its 435th anniversary, revered Sumedang, hopefully more advanced, motivated, and achievers.

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar