Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Riwayat Kampung Empang Dan Legok, Sumedang

Empang di Belakang Gedung Negara

Pada kesempatan kali ini, admin ingin bercerita tentang riwayat terbentuknya nama tempat di Sumedang, namun, cerita ini bukanlah sasakala atau dongeng seperti beberapa kisah yang pernah diceritakan di blog ini seperti Sasakala Gunung Geulis dan lainnya yang bercerita tentang asal mula nama suatu tempat berdasar pada dongeng yang diceritakan dari generasi ke generasi.

Di berbagai daerah di negara kita, adalah biasa asal-usul nama suatu tempat berdasar pada suatu hal, bisa dari kejadian sejarah, dongeng, hal yang khas dari daerah tersebut, dan lain sebagainya. Seperti misal di Sumedang ada sebuah daerah yang bernama Gudang Kopi, daerah tersebut bernama Gudang Kopi karena memang benar dulunya di tempat itu ada bangunan gudang kopi, lalu misal contoh lainnya adalah daerah Kebon Kol, daerah tersebut dinamai Kebon Kol karena memang dulu ditempat itu ada perkebunan kol, dan walaupun gudang kopi dan kebun kolnya sekarang sudah tidak ada, daerahnya tetap disebut dengan nama Gudang Kopi dan Kebon Kol. Begitupun juga dengan Riwayat Kampung Empang seperti yang akan admin ceritakan ini.

Dulu, ketika mulai mengenal kota Sumedang, admin sempat termenung dan lama berpikir ketika bertanya pada seorang teman tentang tempat tinggalnya, admin bertanya "kamu tinggal dimana ??" dan dia menjawab "saya tinggal di empang, rumah saya ya di empang". Jawaban tersebut membuat admin berpikir sekaligus ingin tertawa, masa iya teman admin itu tinggal di empang ?? Ternyata, kata "empang" tersebut adalah nama tempat, yaitu Kampung Empang, bukan berarti teman admin itu tinggal di empang (kolam). Lalu darimana nama Empang tersebut muncul ?? ternyata ada ceritanya

Gedung Negara Ex Kantor Bupati Sumedang

Kampung Empang adalah nama daerah yang berada di sekitaran Gedung Negara dan Musuum Prabu Geusan Ulun. Di belakang Gedung Negara, memang ada sebuah empang (kolam) yang lumayan besar, ternyata, katanya kolam tersebut bukan semata kolam biasa yang dibuat untuk memperindah suasana atau untuk memberdayakan lahan kosong, cerita terbentuknya empang ini ada kaitannya dengan dibangunnya Gedung Negara di Sumedang.

Ceritanya, dulu ketika Pangeran Panembahan berkuasa, pemerintah Sumedang sedang mencari daerah atau tempat yang cocok untuk dibangun pusat pemerintahan dan Gedung Negara, tokoh yang berperan ketika itu adalah Mbah Mintanagara, dia ditugaskan mencari tempat untuk membangun Gedung Negara. Untuk membangun Gedung Negara tersebut tentunya banyak bahan yang diperlukan, salah satunya yang paling vital adalah adalah tanah dan pasir, apalagi konon katanya daerah tempat Gedung Negara dan alun-alun sekarang berada dulunya adalah daerah yang berawa-rawa sehingga memerlukan tanah urugan yang sangat banyak, tanah urugan ini lah yang menjadi asal mula nama Kampung Empang dan Kampung Legok Sumedang.

Mbah Mintanagara memberikan perintah untuk membabat habis gunung alit di daerah kaum belakang Masjid Agung Sumedang untuk diambil tanahnya, ternyata, setelah tanah dari gunung alit diambil pun tanah yang diperlukan masih kurang, solusinya, Mbah Mintanagara memerintahkan untuk menggali lagi tanah dibelakang lokasi tempat dibangunnya Gedung Negara sampai akhirnya di lokasi tersebut terbentuk cekungan (legok, sunda red) karena tanahnya diambil, lambat laun cekungan tersebut terisi air dan menjadi semacam kolam. Kolam tersebut masih ada di belakang Gedung Negara sampai sekarang.

Namun ternyata, tanah dari Gunung Alit dan dari belakang lokasi tempat akan dibangunnya Gedung Negara tetap masih belum mencukupi, akhirnya Mbah Mintanagara mencari lagi tanah ke daerah yang lokasinya menjadi daerah Legok sekarang. Daerah tersebut disebut "Legok" karena dulunya tanahnya digali dan diambil untuk membangun Gedung Negara sehingga tanah di daerah tersebut membentuk cekungan (legok, sunda red).

Tanah dari daerah Legok tersebut adalah yang paling banyak diambil dan dipakai untuk mengurug daerah tempat akan dibangunnya Gedung Negara dan alun-alun Sumedang. Dulunya, tempat tersebut merupakan rawa yang sangat luas, jadi memerlukan banyak tanah untuk menutup atau mengurugnya agar bisa menjadi daerah yang layak huni.

Sejak saat itu, daerah yang tanahnya banyak diambil guna penyedeiaan lahan untuk membangun Gedung Negara itu dinamakan kampung Legok, walaupun sekarang cekungan bekas galian tanah jaman dulu sudah tidak ada dan tersamarkan oleh banyaknya bangunan, namun sampai sekarang tempat tersebut tetap dinamai kampung Legok.

Melihat dari usianya yang dibuat semasa Pangeran Panembahan berkuasa (1656-1706) apakah kolam "empang" yang berada di dekat Museum Prabu Geusan Ulun ini sudah bisa digolongkan sebagai cagar budaya ? sama dengan bangunan di sekitarnya seperti Museum Prabu Geusan Ulun, Gedung Negara, dan Lapas yang juga telah menjadi cagar budaya.

*Cerita digubah dari babadsunda.blogspot.com

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dalam judul post "Riwayat Kampung Empang Dan Legok" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2015/03/riwayat-kampung-empang-dan-legok.html "

Riwayat Kampung Empang dan Legok Sumedang

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar