Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Berekspresi Di Dunia Maya

Merujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, arti ekspresi adalah "pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya)" sedangkan ekspresif adalah "tepat (mampu) memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan, perasaan". Jadi, ekspresi bisa dikatakan sebagai cara seseorang untuk menyatakan/menyampaikan maksud dan perasaannya, sedangkan ekspresif adalah kemampuan seseorang untuk menunjukan ekspresinya itu.
Ekspresi seseorang bisa ditunjukkan melalui berbagai hal seperti raut muka, nada bicara, gerak tubuh, sampai tulisan. Dewasa ini, dengan boomingnya media sosial di dunia maya yang bisa diakses melalui internet membuat setiap orang semakin mudah untuk mengekspresikan dirinya, dan jangkauannya pun semakin luas, bisa sampai lintas negara bahkan lintas benua. Kalau jaman dulu mungkin ekspresi seseorang hanya bisa dilihat oleh orang lain dihadapannya saja, atau ekspresi lewat tulisan bisa dibaca oleh seseorang ditempat lain namun dalam skup yang sangat terbatas, melalui surat menyurat atau media massa misalnya.

Berekspresi Di Dunia Maya
Source : muslimina.blogspot.com

Dan tentunya lain dulu lain sekarang, saya ulangi bahwa dewasa ini dengan semakin boomingnya media sosial yang bisa diakses melalui internet, setiap orang semakin mudah untuk mengekspresikan dirinya (terutama dalam tulisan), dan tentunya semua bebas berekspresi, apa yang diekspresikan pun bermacam-macam dari yang wajar sampai yang kurang ajar, dari yang manis sampai yang kritis, dari yang bercanda sampai yang bernada menghina, dan banyak lagi jenisnya.

Dan pastinya kita sudah mafhum, apa-apa yang diekspresikan oleh seseorang di media sosial biasanya mencerminkan kondisi mental, emosi, dan intelegensinya, misal bobot dan kualitas tweet-tweet seorang guru besar pastilah berbeda dengan kualitas tweet-tweet seorang mahasiswa tingkat awal.

Oleh karenanya, dengan mempertimbangkan bahwa dengan ocehan kita di media sosial orang bisa menilai (tepatnya sih cuma menebak) kondisi kejiwaan dan tingkat intelegensi kita, maka kita harus berhati-hati jika ingin aktif di media-media sosial seperti facebook, twitter, path, dan yang lainnya, banyak yang harus kita pertimbangkan sebelum membuat statement dalam sebuah status facebook, tweet twitter, dan lainnya.

Secara umum, beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk berekspresi di dunia maya, atau membuat sebuah statement atau perkataan di media sosial adalah :

#1. Sebisa mungkin jangan membuat statement yang nyeleneh,

Karena media sosial di dunia maya adalah media untuk berinteraksi yang sangat terbatas (dalam artian kita akan kesulitan memberikan klarifikasi, menyanggah, memberi alasan, meyakinkan pembaca dan sejenisnya ketika terjadi perselisihan/debat kusir akibat perbedaan pendapat) maka sebisa mungkin jangan membuat statement yang nyeleneh, menyudutkan pihak lain, berisi kata-kata kotor, ledekan, sindiran, hujatan, dan sejenisnya.

Karena hal tersebut bisa-bisa malah berujung pada debat kusir yang tidak menyelesaikan masalah dan malah menimbulkan masalah baru. Kita harus ingat media sosial bukanlah forum ilmiah dimana semua anggota rata-rata mempunyai tingkat pendidikan yang sama, telah dikondisikan dalam suatu emosi yang sama, memiliki rambu-rambu atau peraturan diskusi yang jelas, de el el dengan maksud mencari penyelesaian akan suatu masalah.

#2. Jangan pamer pengetahuan yang kita belum yakin bahwa kita memang mengetahuinya secara mendalam

Dengan adanya koneksi internet, seseorang sangat mungkin bisa jadi banyak tahu dan menjadikan seseorang tampak pintar dengan mengetahui banyak hal. Bagi mereka yang masih labil biasanya mereka pamer pengetahuan baru yang didapat dari internet tersebut dengan mengcopas ke media sosial yang mereka miliki, misal menuliskannya kembali lewat status facebooknya karena ingin memukau banyak orang, dapat banyak like, dan mengesankan bahwa ia adalah orang yang pintar dan banyak tahu.

Tapi yang seperti ini pastinya pengetahuannya pun serampangan, tidak pernah juga cross cek ke lapangan/sumber lain untuk membuktikan pengetahuannya yang didapatnya dari internet itu valid atau tidak, pengetahuannya tidak mendalam akan sesuatu hal karena memang mengambil sumber yang serampangan pula dari internet, lewat googling, tahu lewat satu, dua, atau beberapa artikel terkait yang belum tentu juga valid isi tulisannya.

Mungkin yang seperti itu tidak akan menjadi masalah kalau untuk pengetahuan umum yang sederhana, tapai kalau sudah berkaitan dengan isu-isu yang sensitif, wah bisa berbahaya. Ini seolah telah menjadi karakter khas mereka yang pintar/banyak tahu dari internet, internet memang bisa membuat orang banyak tahu dan menjadi pintar tapi sepertinya tidak akan banyak merubah kondisi mental seeorang, merujuk pada pepatah "padi semakin berisi semakin merunduk", dan supaya padi semakin merunduk tentunya harus melalui sebuah proses yang panjang dan melibatkan banyak pihak, berarti untuk semakin berisi seperti padi intinya adalah proses, belajar terus menerus untuk mendalami sesuatu dan mendapatkan skillnya (biasanya ini diidentikkan dengan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya), dan saya rasa itu tidak akan diperoleh lewat belajar instant dari internet.

Ya, jangan pamer pengetahuan yang kita belum yakin bahwa kita memang mengetahuinya secara mendalam, karena orang-orang yang melihat ocehan kita di dunia maya itu berbeda-beda, tidak mustahil banyak yang lebih tahu tapi tidak banyak bicara dan hanya tersenyum kecut melihat kebodohan kita yang sok pintar dengan ocehan-ocehan yang serba tahu dari internet.

#3. Kontrol apapun yang akan kita katakan/tuliskan

Di dunia maya, biasanya banyak orang menjadi lebih berani daripada di dunia nyata, di dunia maya bahkan seseorang bisa menghina seorang Presiden dan menjadikannya bahan olok-olokan, padahal dalam kenyataan sudah pasti ia tidak akan berani berbuat demikian. Ini yang mesti dibenahi, kontrol apapun yang akan kita katakan/tuliskan di dunia maya, karena hal tersebut mencerminkan siapa diri kita yang sebenarnya.

Seperti beberapa saat yang lalu booming berita tentang seseorang yang mencacimaki ibu hamil di dunia maya, padahal kalau memang ia benar-benar berani kenapa tidak langsung bicara pada si ibu, dan tumpahkan saja caci maki itu pada si ibu hamil yang ada dihadapannya saat itu juga, tapi ternyata itu tidak dilakukan dan ia malah lebih memilih mengatakan unek-uneknya di dunia maya. Dari kejadian tersebut kita bisa ambil kesimpulan, ternyata jangankan pada Presiden atau orang terpandang, pada ibu hamil yang notabene tidak mempunyai kekuatan apa-apapun seseorang tidak berani berkata kasar atau mencaci maki secara langsung dihadapannya, apa yang seperti ini termasuk tipe-tipe pengecut ?? entahlah.

#4. Jangan terpancing untuk ikut mengomentari sesuatu yang sedang hot/booming

Jangan terpancing untuk ikut mengomentari sesuatu yang sedang hot/booming di internet atau dunia maya yang berpotensi membawa pada perselisihan, meskipun mungkin komentar kita netral-netral saja dan tidak memihak. Contoh yang paling dekat adalah pilpres 2014 kemarin, pengguna dunia maya seolah terbagi menjadi 2 blok dan saling mencaci maki satu sama lain. Yang bersaing siapa yang musuh-musuhan dan berantem siapa, bahkan kabarnya banyak yang saling mendelete dari pertemanan hanya karena beda idola.

Jujur saya pribadi pernah bahkan mungkin sering terjebak point-point diatas dalam berinteraksi di dunia maya. Ketika tersadar, rasanya tidak ada manfaatnya sama sekali, hanya menghabiskan waktu dan tenaga sia-sia.

*Screenshot gambar diatas tidak bermaksud memojokkan atau mengolok-olok pihak lain, saya hanya menyajikan contoh konkret dan mengambil pelajaran dari hal tersebut, ikut menyampaikan, agar kita lebih mawas diri dan menjaga batasan-batasan dalam berekspresi di dunia maya

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar