Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Kahuripan Cileutik, Bukti Kasih Sang Pangeran

Prasasti Kahuripan Cileutik

Diperjalanan pulang dari Benteng Belanda Pasirkolecer di Desa Sukajaya beberapa waktu lalu, disebuah ruas jalan admin melihat Prasasti ini, nama yang tertera pada prasasti ini adalah Kahuripan Cileutik, pada prasastinya tertulis "Pengemut-ngemut ka Pangeran Aria Soeria Atmadja Bupati Sumedang Tahun 1882-1919, ku jasa mantenna ieu cai tiasa manfaat kanggo balarea" yang artinya kurang lebih "Untuk mengenang Pangeran Aria Soeria Atmadja, karena jasa beliau air ini bisa bermanfaat bagi semua". Sebuah prasasti pastinya dibuat untuk menandai tempat atau lokasi yang dianggap memiliki nilai historis, ia dibuat sebagai tanda bahwa di tempat tersebut pernah terjadi peristiwa penting, salah satu contohnya seperti Prasasti Cadas Pangeran yang pernah admin ceritakan dulu, yang isi prasastinya mengisahkan tentang peristiwa Cadas Pangeran, sebuah peristiwa yang melegenda di Sumedang.
Sesuai dengan namanya yaitu Kahuripan Cileutik (Kahuripan = Kehidupan, Ci = air, Leutik = kecil), air yang keluar dari tempat dekat prasasti ini berada relatif kecil seperti pancuran biasa, padahal sejatinya ia adalah sebuah mata air yang keluar langsung dari dalam tanah, dimana sebuah mata air biasanya melimpahkan air yang banyak ke permukaan. Cileutik berarti air yang memancar tidak terlalu deras dan relatif kecil, dulunya air yang keluar dari tempat ini keluar begitu saja tanpa tempat khusus untuk mengalirkannya, namun sekarang air yang keluar sudah dilengkapi bak penampungan dan pipa untuk memudahkan penggunannya.

Cileutik ini menurut admin sangat unik, karena jika biasanya sebuah mata air muncul di tempat yang cukup rendah, mata air ini justru muncul di tempat yang cukup tinggi dan berada di daerah yang cukup kering dan berdebu. Ternyata ada cerita tersendiri dibalik mata air Cileutik ini sampai-sampai ditempat mata air ini berada kini dibuatkan sebuah prasasti, admin sendiri kurang tahu apakah cerita yang berkembang di masyarakat dan bahkan sedikit disinggung di prasasti ini adalah cerita sejarah atau cerita rakyat semata. Tutur ceritanya melibatkan seorang tokoh Pangeran Sumedang yaitu Pangeran Aria Soeria Atmadja.

Kebetulan ada seorang tokoh masyarakat di desa Sukajaya yang menceritakan kisah dibalik munculnya mata air Cileutik ini kepada saya, kira-kira begini ceritanya :

"Pada suatu ketika, pangeran Aria Soeria Atmadja berpatroli melihat keadaan rakyatnya, beliau berkeliling ke daerah-daerah di Sumedang bersama para punggawanya, dan akhirnya sampailah beliau di sebuah daerah yang sekarang bernama desa Sukajaya. Di tempat tersebut beliau melihat-lihat keadaan sekitar, beliau berkata bahwa di tempat tersebut nantinya akan ramai dan penuh dengan canda tawa anak kecil (budak leutik, sunda red).

Ketika menyusuri jalan di desa Sukajaya bersama para punggawanya, banyak diantara punggawa merasa kehausan karena perjalanan yang cukup jauh dan mendaki dari pusat kota Sumedang ke tempat tersebut. Melihat para punggawanya kehausan, dengan kasih dan niatan menolong para punggawanya, Pangeran Aria Soeria Atmadja menusukkan tongkat (iteuk) pada sejengkal tanah dipinggir jalan, dan keluarlah aliran air yang tak henti-hentinya mengalir, seketika itu pula para punggawa memanfaatkan air tersebut untuk memuaskan dahaga mereka, dan selanjutnya penduduk sekitar pun ikut memanfaatkannya. Dikemudian hari mata air tersebut disebut dengan Cileutik."

Begitu kira-kira cerita singkat dari tokoh desa yang menceritakan kisahnya kembali pada admin, sebuah cerita yang memberi gambaran tentang keluhuran budi Pangeran Aria Soeria Atmadja pada sesama, yang tak memandang para punggawa sebagai abdinya, tetapi memandang semua sama sebagai makhluk Allah dengan penuh kasih sayang.

Menurut beliau, cerita tersebut adalah cerita turun menurun yang diceritakan dari generasi ke generasi. Debit air yang keluar dari mata air Cileutik ini memang tidak terlalu besar, namun ia selalu stabil mengalir tiada henti walaupun di musim kemarau. Sekarang, air yang keluar dari mata air ini sangat bermanfaat bagi masyarakat di sekelilingnya, bahkan tak jarang warga dari luar desa Sukajaya pun mengambil air dari tempat ini dengan cara menampungnya pada jerigen-jerigen besar dan mengangkutnya dengan menggunakan mobil atau motor.

Air yang keluar dari mata air Cileutik

Dari cerita yang berkembang seperti telah disebutkan diatas, air dari mata air ini tiba-tiba saja keluar dari dalam tanah setelah tanah tersebut ditusuk tongkat oleh Pangeran Aria Soeria Atmadja, airnya pun tidak pernah berhenti mengalir sampai saat ini, konon hal tersebut disebabkan oleh tuah dari sang pangeran, apa-apa yang dikatakannya selalu menjadi kenyataan. Seperti pernah admin ceritakan di postingan tentang Sawo Sukatali, dalam postingan tersebut diceritakan bahwa Pangeran Aria Soeria Atmadja menyebut Sawo Sukatali yang manis akan menjadi terkenal dan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Sukatali, dan ternyata perkataan beliau tersebut menjadi kenyataan saat ini.

Dan mungkin inilah yang dimaksudkan sang pangeran bahwa di desa Sukajaya akan ramai dan penuh dengan canda tawa anak kecil (budak leutik, sunda red), karena admin jumpai di desa Sukajaya ini anak kecil memang relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan di tempat-tempat lain (tidak admin jumpai satu sudut desa pun di tempat ini yang tak ada canda tawa anak kecil didalamnya), mungkin kebahagiaan yang dimaksud juga adalah dengan adanya mata air ini yang sangat bermanfaat bagi Desa Sukajaya.

Dan kalaulah admin boleh ikut berpendapat dan boleh ikut menganalogikan, Kahuripan Cileutik yang merupakan mata air kecil namun selalu mengalir sepanjang waktu ini seolah memberikan filosofi seperti yang selama ini kita yakini yaitu memberi atau berbuat sedikit namun berkelanjutan tanpa henti itu jauh lebih baik daripada berbuat sesuatu yang besar namun terputus begitu saja tanpa karya yang berkelanjutan, sama dengan amal/ibadah yang sedikit tapi konsisten diamalkan jauh lebih dicintai oleh yang Maha Kuasa daripada amal/ibadah yang besar dan banyak namun tidak konsisten untuk dilakukan terus menerus.

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dengan judul "Kahuripan Cileutik, Bukti Kasih Sang Pangeran" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2014/06/kahuripan-cileutik-bukti-kasih-sang.html "

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar