Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Kesenian Tarawangsa


Pemain Jentreng dan Tarawangsa Sedang Bersiap-siap
Melaksanakan Upacara Kesenian Tarawangsa

Berbicara tentang sebuah kesenian, tentunya kita tahu bahwa kesenian yang berkembang di suatu daerah pastilah dipengaruhi oleh budaya yang hidup dalam masyarakat di daerah tersebut, seperti salah satu kesenian di Tanah Sunda yang akan admin ceritakan berikut ini, Jentreng Tarawangsa atau banyak juga yang menyebutnya "Tarawangsa" saja.

Kita ketahui bersama bahwa sejak dulu masyarakat Sunda sudah terkenal dengan budaya ngahuma atau berladang, mungkin karena itu pula kesenian yang tumbuh di masyarakat Sunda hampir selalu terkait dengan mitos Dewi Sri, begitu pula dengan kesenian Jentreng Tarawangsa atau lebih terkenal dengan sebutan Tarawangsa ini, dimana kesenian ini kabarnya tumbuh dari pola kehidupan bertani masyarakat Rancakalong, Kabupaten Sumedang yang berfungsi sebagai upacara ritual yang berhubungan dengan magis religius untuk menghormati Dewi Sri.

Admin baca dari berbagai sumber, dikatakan bahwa Tarawangsa adalah salah satu alat musik tradisional masyarakat Sunda, yang keberadaannya bahkan disebut dan telah tertulis dalam naskah-naskah Sunda kuno yang ditulis pada masa Kerajaan Sunda - Padjadjaran dulu. Hingga saat ini kesenian Tarawangsa masih hidup di beberapa daerah seperti di Rancakalong Sumedang, Cipatujah Tasikmalaya, dan di beberapa daerah di Bandung dan Banten.

Sebagai alat musik, Tarawangsa tidak berdiri sendiri, ia memiliki pasangan, ia ditemani oleh alat musik lain yang bernama Jentreng yang berbentuk seperti kecapi, terbuat dari kayu dan terdiri atas tujuh dawai yang dimainkan dengan dipetik.

Alat Musik Tarawangsa
Image By : google.com

Kata Tarawangsa sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari baja atau besi. Dilihat dari bentuknya secara sekilas Tarawangsa ini mirip dengan rebab. Alat musik ini terbuat dari kayu yang terdiri atas dua bagian yaitu tangkai penampang dawai dan badan atau body yang berbentuk kotak seperti yang bisa dilihat pada foto atau gambar diatas dimana salah satu personilnya sedang memegang Tarawangsa.

Dawai tarawangsa terdiri atas dua senar, yang kiri dimainkan dengan tangan kiri dengan cara dipetik dengan jari telunjuk, sedangkan yang satunya dengan digesek dan penggeseknya dimainkan oleh lengan kanan, filosofinya, dua dawai tarawangsa ini adalah perlambang Sang Pencipta yang selalu menciptakan makhluk berpasang-pasangan, sedangkan Jentrengnya berdawai tujuh, bila seluruhnya digabung maka berjumlah sembilan senar maka sama dengan jumlah wali penyebar Islam di pulau Jawa.

Kabarnya, sulit sekali melacak sejarah sejak kapan dan dimana alat musik Tarawangsa ini lahir di tanah Pasundan, karena memang kurangnya litelatur yang menjelaskannya secara pasti. Namun di Rancakalong terdapat sebuah tradisi lisan yang hidup hingga sekarang dan diceritakan secara turun temurun mengenai kisah awal mula Kesenian Tarawangsa, yang menurut cerita tersebut kesenian Tarawangsa telah ada sejak masa kerajaan Mataram Kuno sekitar abad 8-9 masehi dan kesenian tersebut berkaitan erat dengan hubungan Sumedang dengan Mataram.

Patung Pemain Tarawangsa dan Penarinya
di Kantor Kecamatan Rancakalong

Dalam pertunjukannya, Tarawangsa biasanya dimainkan oleh dua orang dan dilengkapi oleh para penari, dua orang tersebut yaitu seorang pemain Tarawangsa dan seorang pemain Jentreng, semuanya terdiri dari laki-laki dengan usia rata-rata 35-60 tahunan. Pertunjukannya melibatkan para penari baik lelaki maupun perempuan, mula-mula penari lelaki dan kemudian disusul oleh penari perempuan.

Yang menarik adalah alunan musik sederhana yang dihasilkan dari Jentreng dan Tarawangsa ini akan mengantarkan penarinya ke alam bawah sadarnya hingga trance (tidak sadarkan diri). Mereka akan asyik menari dengan gerakan yang sederhana dan kalau dilihat secara kasat mata memang tariannya terlihat monoton, tapi bagi si penari konon ia akan merasakan suatu sensasi yang luar biasa dan membuat ia tidak bosan melakukan gerakan tarian tersebut, hingga ia tidak sadarkan diri dan seolah ada kekuatan yang membuatnya terus menari.

Kesenian ini membawa pesan-pesan dalam hubungan antar manusia dengan alam, dan penghormatan kepada yang gaib dimana keseimbangan diantaranya harus dijaga, dan, agar tidak lupa untuk mengucap syukur kepada Sang Maha Pencipta atas segala apa yang telah dikaruniakan-Nya.

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dengan judul "Kesenian Tarawangsa" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2013/06/kesenian-tarawangsa.html"

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar