Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Mari Berbagi, Jangan Takut Tak Kembali


Gunung Tampomas Dilihat Dari Desa Licin

Melihat pohon-pohon jagung yang sedang berbunga seperti tampak diatas, admin jadi teringat sebuah cerita yang berkaitan dengan jagung dari James Bender dalam buku "How To Talk Well" atau mungkin bisa kita artikan "Cara Untuk Berbicara Dengan Baik" atau "Bagaimana Cara Berbicara Yang Baik", atau kurang lebih begitulah artinya :D kurang lebih begini ceritanya :

Pada suatu ketika, ada seorang petani yang memenangkan penghargaan dalam menumbuhkan jagung. Setiap tahun ia mengikutsertakan jagungnya dalam perlombaan nasional dan dia senantiasa memenangkan perlombaan tersebut.

Suatu ketika seorang wartawan mewawancarai dia untuk mempelajari cara dia menumbuhkan jagungnya. Wartawan tersebut menemukan bahwa petani itu senantiasa berbagi benih jagungnya dengan tetangganya.

"Bagaimana anda mampu berbagi bibit jagung terbaik anda dengan tetangga anda, sedangkan mereka juga ikut serta dalam perlombaan dengan anda setiap tahunnya?" tanya wartawan.

"Kenapa tidak pak ??" kata si petani, "Tidakkah anda tahu? angin mengambil serbuk sari dari jagung yang matang dan menyebarkannnya dari sawah ke sawah. Jika tetangga saya menanam jagung lebih jelek, penyerbukan silang tersebut akan menurunkan kualitas jagung saya.

Jika saya ingin agar jagung yang saya tumbuhkan itu baik hasilnya, maka saya harus menolong tetangga saya untuk menumbuhkan jagung yang baik pula", kata si petani. Petani itu sangat menyadari hubungan antar kehidupan, dimana jagungnya tidak akan semakin baik hasilnya kecuali jika jagung tetangganya juga semakin baik.

Itulah sedikit ceritanya sobat...sebuah cerita yang membuat kita merenung sejenak, tentang kata-kata bijak si petani jagung yang berkata "Jika saya ingin agar jagung yang saya tumbuhkan itu baik hasilnya, maka saya harus menolong tetangga saya untuk menumbuhkan jagung yang baik pula", kata-kata tersebut menurut admin pribadi mengandung banyak hikmah. Admin sendiri mengambil beberapa pelajaran dari cerita diatas diantaranya :

Kebahagiaan yang sesungguhnya sebenarnya adalah ketika kita bisa membahagiakan orang lain, dengan cara dan tangan kita sendiri 

Jika kita ingin jadi lebih baik, maka bantulah orang-orang disekeliling kita untuk bisa hidup lebih baik lagi 

Dalam sebuah persaingan sekalipun, status manusia sebagai makhluk sosial membuat kita tidak akan bisa menonjolkan diri sendiri saja sebagai pemenang...karena kita tentunya pasti memerlukan bantuan orang lain dalam mencapai hal tersebut 

Nilai kehidupan seseorang dapat diukur dari kehidupan sesamanya yang disentuhnya, atau ditolongnya 

Dengan berbagi, justru akan mendatangkan keuntungan dan keberkahan bagi diri kita sendiri...bahkan Allah menjanjikan pahala bagi yang mau berbagi dengan saudara-saudaranya baik itu berupa infak, sodaqoh, ilmu pengetahuan dan lainnya : Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya: “ Sesiapa bersedekah seberat biji kurma dari usaha yang baik, dan tidak naik (sampai) kepada Allah melainkan yang baik, maka sesungguhnya Allah menyambutnya dengan tangan kanan-Nya. Kemudian Allah memelihara itu untuk pemiliknya, sebagaimana seorang kamu memelihara anak-anak kudanya sehingga menjadilah sedekah itu setinggi gunung.” (al-Bukhari dan Muslim)

Admin yang masih hijau ini hanya mampu memetik sedikit hikmah lewat poin-poin diatas setelah membaca cerita tersebut, apa sobat ada yang mau menambahkan? semoga bermanfaat.

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dengan judul "Mari Berbagi, Jangan Takut Tak Kembali" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2013/05/gunung-tampomas-8.html "

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar